AspekAspek Kecerdasan Intelektual dalam Al-Qur'an. Secara umum Alquran diturunkan oleh Allah SWT adalah untukmencerdaskan ummat manusia, sehingga manusia bisa hidup dalam hidayah-Nya, mendapat kelapangan, jaminan surga yang penuh kenikmatan bagi orang yang beriman dan beramal saleh.
JAKARTA, - Ayat Alquran tentang poligami dijelaskan dalam beberapa surat. Salah satunya yang terkenal, yaitu surat An-Nisa Ayat 3. Baca Juga Selain An-Nisa, ada beberapa surat dalam Alquran lainnya yang juga menjelaskan tentang hukum poligami. Apa saja? Dilansir dari berbagai sumber, Jumat 9/6/2023 simak ulasannya berikut ini Ayat Alquran tentang Poligami 1. Surat An-Nisa Ayat 3 Ayat Alquran yang sering digunakan mengenai diizinkannya Poligami adalah Surah An-Nisa' 4 ayat 3 yang berbunyi "Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap hak-hak perempuan yatim bilamana kamu menikahinya, maka nikahilah wanita-wanita lain yang kamu senangi dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka nikahilah seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. 2. At-Thagabun Ayat 14 Surat Alquran berikutnya yang membahas tentang poligami terdapat dalam surat At-Taghabun ayat 14. Simak terjemahannya berikut ini Follow Berita Celebrities di Google News Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis tidak terlibat dalam materi konten ini. Berita Terkait
Tujuanpenelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dengan pengetahuan ayat-ayat Alquran tentang geografi pada mahasiswa jurusan pendidikan Geografi FKIP Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif dengan jenis korelasi.
Pendidikan kecerdasan spiritual Al-Qur’an Surah Al-Muzzammil Ayat 6-10 - Walisongo Repository URGENSI KECERDASAN SPIRITUAL – Pesantren Wirausaha SMPIT-SMAIT NURUL ISLAM SIDOARJO Agar Pikiran Makin Tajam, Ini 5 Amalan dalam Agama Islam yang Bisa Mencerdaskan PERPUS TAKA AN Cara Menghafal Al Qur’an Menggunakan Otak Kanan KECERDASAN DALAM PANDANGAN AL-QU’RAN KORELASI PEMAHAMAN AL-QUR AN DENGAN KECERDASAN SISWA KELAS XI PUTERI DI MADRASAH ALIYAH AR-RISALAH KECAMATAN KOTO TANGAH PADANG SKRIPSI - PDF Free Download Pendidikan kecerdasan spiritual Al-Qur’an Surah Al-Muzzammil Ayat 6-10 - Walisongo Repository 1 ABSTRAK Tulisan ini berjudul “Peran Orang Tua dalam Membina Kecerdasan Spiritual Anak usia 3-14 Tahun”. Kecerdasan spiritu Pendidikan kecerdasan spiritual dalam Al-qur’an surat Al-Muzzammil ayat 1-8 kajian tafsir tahlili - Walisongo Repository Skripsi membina kecerdasan spritual anak DOC Kecerdasan dalam pandangan Al-Qur’an Khaerisa Affiani - Kecerdasan Manusia dan Dalil untuk Menyikapi Informasi -Fakultas Syariah Pendidikan kecerdasan spiritual Al-Qur’an Surah Al-Muzzammil Ayat 6-10 - Walisongo Repository MENINGKATKAN KECERDASAN OTAK DENGAN MEMBACA AL-QUR’AN SETELAH MAGHRIB & SUBUH - Tafsir Tarbawi Tinjauan Al-Quran Tentang Term Kecerdasan Luk luk nur mufidah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual iesq dal by at-Tajdid - issuu suara Hati - surah al alaq sebagai sarana pencerdas otak - YouTube Luk luk nur mufidah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual iesq dal by at-Tajdid - issuu KECERDASAN EMOSIONAL DALAM AL-QUR’AN 1Stephani Raihana Hamdan Abstrak Abstract Pendahuluan Semenjak Nabi Muhammad SAW menerim Baca Al-Qur’an Sesudah Maghrib dan Subuh Biasa Tingkatkan Kecerdasan Otak Hingga 80% AYAT-AYAT AL-QUR’AN DAN HADIST TENTANG PENDIDIKAN kuro ari - Surat Al-Alaq Sebagai Sarana Pencerdas Otak MULTIPLE INTELLIGENCE DALAM PEMBELAJARAN PAI AL-QUR`AN HADITS SD/MI by Jurnal Auladuna INAIFAS - issuu PDF Optimasi Kecerdasan Majemuk Sebagai Metode Menghafal Al-Qur’an Studi atas buku “Metode Ilham Menghafal al-Qur’an serasa Bermain Game” karya Lukman Hakim dan Ali Khosim PDF Lokus Kecerdasan Spiritual dalam Perspektif Al-Qur’an Jurnal SUHUF - Skripsi membina kecerdasan spritual anak PDF Pengaruh kebiasaan Tadabbur Al-Quran terhadap kecerdasan spiritual anggota Komunitas Tadabbur Quran" to Jurnal Psikologi Islam HALLO SOBAT PPQ Dah lama tak… - Pemuda Peduli Qur’an Facebook Tafsir ayat-ayat Al-Quran tentang Pendidikan - Coretanzone KORELASI PEMAHAMAN AL-QUR AN DENGAN KECERDASAN SISWA KELAS XI PUTERI DI MADRASAH ALIYAH AR-RISALAH KECAMATAN KOTO TANGAH PADANG SKRIPSI - PDF Free Download DOC KECERDASAN BUATAN MANUSIA mas zee - Top PDF Aspek-Aspek Kecerdasan Spiritual dan Emosional dalam Al-Qur’an Telaah Surah Luqman Ayat 12-19 - Muslim STKIP Surya - Dahsyat, Baca al-Quran Bikin Otak Cerdas Dalam artikel Tip menambah daya ingat dan kecerdasan, pernah saya sebutkan bahwa membaca al-quran dapat meningkatkan daya ingat. Hanya saat itu saya Rahasia Orang Yahudi Pintar - Tau Nggak Sih Baca Al-Qur’an Sesudah Maghrib dan Subuh Biasa Tingkatkan Kecerdasan Otak Hingga 80% INTELIGENSI Materi presentasi Psikologi Pendidikan Oleh - ppt download Manfaat Membaca Al Qur’an untuk Kecerdasan Otak Manusia Termaktub dalam Al-Quran, Kecerdasan Burung Gagak Ajari Manusia – Jabatan Integriti Dan Pematuhan Standard KONSEP MULTIPLE INTELLIGENCES PERSPEKTIF AL QURAN/ HADIS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN PAI SKRIPSI Diajukan kepada Faku Menghafal Al-Qur’an menggunakan “Mesin Kecerdasan” Anda – Larasindo Peleburan Ayat-ayat Alquran sebagai Syariat Ataukah Tradisi?, “Aspirasi Keagamaan Islam Indonesia” Halaman 1 - Al-Qur’an Sandi Kecerdasan - Al Mawardi Prima Menghafal Alquran Bisa Tingkatkan Kecerdasan, Benarkah? - Islampos Kumpulan Segala Artikel Optimalkan Kecerdasan Dengan Al Qur’an Princess babyshop - Moms pasti sudah sering mendengar anjuran untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an saat hamil. Ya, selain memiliki banyak manfaat untuk sang ibu, melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an pun bisa meningkatkan kecerdasan emosi √ Ayat Alquran Tentang Keutamaan Menuntut Ilmu - Pengertian Ilmu Orang Dengan Kecerdasan Lemah, Mungkinkah Bisa Menghafal Al-Qur’an? - Islampos Pengaruh kebiasaan Tadabbur Alquran terhadap kecerdasan spiritual anggota Komunitas Tadabbur Quran Jurnal Psikologi Islam Pendidikan Kecerdasan Spiritual dalam Al-Qur’an Surat Al-Luqman 27 Manfaat Menghafal Al-Qur’an bagi Kecerdasan dan Kesehatan Yayasan Asy Syaamil Bontang Inilah Rahasia Kecerdasan Surah Yaasiin Republika Online Tahukah Anda Ternyata Membaca Al Qur An Setelah Maghrib Subuh Meningkatkan Kecerdasan Otak Sampai 80 Kongsikan Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual IESQ dalam Perspektif Al-Qur’an Jurnal Pendidikan Islam Antara Al-Qur’an Dan Kecerdasan Intelektual - Islampos Pengaruh menghafal Al-Qur’an terhadap kecerdasan emosional penelitian terhadap mahasiswi rumah Al-Qur’an UIN Sunan Gunung Djati Bandung - Digital Library UIN Sunan Gunung Djati Bandung Mendengarkan Al Qur’an dapat Meningkatkan Kecerdasan Bayi RIZKI ABDILLAH Sukses Hafal Alquran Bukan Kecerdasan, Tapi Ini Kuncinya Republika Online Keunggulan Tahfidz Al-Qur’an Bagi Kecerdasan Anak بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِِ The Modern Science Membuktikan Bahwa Membaca Al Qur’an Berpengaruh Pada Kesehatan Tubuh Dan Meningkatkan Kecerdasan Bayi Kecerdasan Intelektual Dalam Islam Belajar Konsep dari Nabi Muhammad Membaca Al-Quran Dapat Meningkatkan Kecerdasan Otak Rahasia Kecerdasan Melalui Al-Qur’an - Fadhilah Kecerdasan dari Membaca Al-Qur’an Pondok Pesantren Modern Putri IMMIM Pangkep 10 Manfaat Membaca Al-Quran yang Dapat Merubah Hidup di Dunia dan Akhirat - SEKOLAH PRESTASI GLOBAL Membaca Surat Az-Zariyat, Profesor Matematika Jadi Mualaf - Ayo Bogor TARTIL ALQURAN - Untuk Kecerdasan dan Kesehatanmu - Pengaruh Irama Bacaan Alquran Untuk Shopee Indonesia 10 Manfaat Dan Keutamaan Menulis Ayat-ayat Al Quran Pondok Islami - Menebar Berkah Berbagi Manfaat HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DALAM MENINGKATKAN HAFALAN AL-QURAN SURAT AN-NABA' SANTRI KELAS I A MADRASAH ALIYAH PONDOK PESAN SKRIPSI SARJANA SI Oleh LUSIANA CHARLI FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG kecerdasan menurut al-Qur’an arhan65 Tahfizh Al-Qur’an dan Kecerdasan Anak - Sekolah Tahfizh Plus Khoiru Ummah Ciledug ELEMEN-ELEMEN KECERDASAN SPIRITUAL DALAM AL-QUR’AN Telaah Terhadap Surat al-Muzzammil Ayat 1-10 dan 20 SKRIPSI Diajukan Kepa Ayat dan Hadits tentang Menuntut Ilmu - ppt download BukuTausiyahCinta sur Twitter “Manfaat memperdengarkan Al-Qur’an untuk Janin . 💠Mampu menenangkan janin . Penelitian lebih lanjut, janin berusia 48 minggu bisa memberikan respon senyuman ketika diperdengarkan lantunan ayat suci Al Quran Cita-cita Jadi Hafidz, Bocah Ini Lantunkan Ayat Al-Quran saat Kondisi Kritis MEMBACA AL-QUR’AN SETELAH MAGHRIB & SUBUH, MENINGKATKAN KECERDASAN OTAK HINGGA 80% - Rumah Quran Ihya Ul Ummah Al Quran Andi Hasad Top PDF Makna Simbolik Ayat-Ayat tentang Kiamat dan Kebangkitan dalam Al-Qur’an - xv PENGEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL MELALUI AKTIVITAS MENGHAFAL ALQUR’AN SANTRI KELAS TAHFIDZ DIPESANTREN MODERN DATOK SULAIM MENINGKATKAN KECERDASAN OTAK DENGAN MEMBACA AL-QUR’AN Dakwah Islami SIT Nurul Fajri Membaca Al-Qur’an setelah magrib dan subuh tingkatkan kecerdasan otak hingga 80 persen ELEMEN-ELEMEN KECERDASAN SPIRITUAL DALAM AL-QUR’AN Telaah Terhadap Surat al-Muzzammil Ayat 1-10 dan 20 SKRIPSI Diajukan Kepa Fakta bahwa Alquran dapat merangsang IQ Anak ~ TKIT RAFLESIA Bahagia dengan Al-Qur’an Iman dan Kecerdasan Universitas Muhammadiyah Metro Doa Ayat Kursi untuk Meningkatkan Kecerdasan dan Mempermudah Proses Belajar Penerapan smk3 & ergonomi dalam pandangan islam PDF KECERDASAN INTRAPERSONAL DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEBERHASILAN SANTRI MAHASISWA DALAM MENGHAFAL AL-QUR’AN Besarnya Pengaruh Al-Qur’an Terhadap Otak - Islampos Tafsir Tarbawi Tinjauan Al-Quran Tentang Term Kecerdasan xv PENGEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL MELALUI AKTIVITAS MENGHAFAL ALQUR’AN SANTRI KELAS TAHFIDZ DIPESANTREN MODERN DATOK SULAIM Membaca Al-Qur’an mempengaruhi kecerdasan IQ,EQ dan SQ ? - Leading Alquran Learning Institution in Indonesia Tingkatkan Kecerdasan Anak Bisa Coba Bacakan Surah Al-quran saat dalam Kandungan Okezone Lifestyle 7 Manfaat Membaca Alquran saat Hamil, Tambah Berkah! Pengaruh Program Pembiasaan Tadarus Al Quran terhadap Kecerdasan Emosional siswa di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya Sudahkan Institusi Pendidikan Kita Mendidik Kecerdasan Spritual Siswa? – Pengurus Besar Alumni Pondok Pesantren Al-Ittifaqiah Indralaya PENGARUH MENGHAFAL AL-QUR’AN TERHADAP KECERDASAN KOGNITIF SISWA MADRASAH ALIYAH PONDOK PESANTREN NAHDLATUL ULUM SOREANG MAROS Kecerdasan spiritual menurut Sa’id Ḥawwa dalam Kitab al-Asās fi al-Tafsīr - Digital Library UIN Sunan Gunung Djati Bandung Manfaat Membaca Al-Qur’an Bagi Kecerdasan - Pemuda 313 Manfaat Mendengarkan Murottal Al Qur’an Untuk Ibu Hamil Lengkap dengan Artinya, Ini Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Pendidikan
Kecerdasanspiritual menurut Al-Gazali dapat diperoleh melalui wahyu dan atau ilham. Wahyu merupakan "kata-kata" yang menggambarkan hal-hal yang tidak dapat dilihat secara umum, yang diturunkan Allah kepada Nabi-Nya dengan maksud supaya disampaikan kepada orang lain sebagai petunjuk_nya.
- Alquran dapat berpengaruh besar terhadap jiwa dan kecerdasan. Prof Dr Muhammad Quraish Shihab dalam bukunya “Mukzijat Alquran” telah “Cukup sudah pengetahuan semua orang terpelajar bahwa kehadiran Alquran ditengah-tengah masyarakat Arab pada 15 abad yang lalu. Telah menimbulkan pengaruh yang sedemikian besar dalam kehidupan manusia”.Alquran berarti “bacaan”, asal kata “Qara’a”. Dapat didefinisikan sebagai kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wassalam melalui perantara Malaikat Jibril, untuk dijadikan pedoman bagi hidup memiliki bahasa yang indah dan agung namun dalam Alquran banyak ayat-ayat dalam sejumlah surah yang dicantumkan berulang-ulang kali. Hal ini membuat sarjana Barat atau orientalis ketika membaca Alquran menjadi bingung dan menganggapnya sebagai bacaan terberat di Amstrong dalam tulisannya “Muhammad Sang Nabi” menyebutkan “Orang Barat cenderung melihat Alquran penuh pengulangan yang membosankan. Namun sebenarnya Alquran tidak dirancang untuk dibaca secara menyendiri, melainkan untuk dibaca sebagai ibadah."Alquran ditulis dalam bahasa yang sangat indah, kompleks, padat dan penuh kiasan. Alquran tidak dimaksudkan untuk dibaca sebagaimana kitab lain, Alquran dibaca dengan merasakan kehadiran Tuhan”.Penelitian Terhadap AlquranJika Alquran dibaca secara tepat menurut penelitian ternyata berdampak besar bagi jiwa dan kesehatan tubuh. Dr. Al-Qadhi melalui penelitiannya yang panjang dan serius di Klinik Besar Florida Amerika Serikat berhasil dengan mendengarkan bacaan Alquran, seorang muslim baik yang mereka berbahasa Arab maupun bukan. Ternyata dapat merasakan psikologis yang sangat besar. Misalnya penurunan depresi, kesedihan, memperoleh ketenangan jiwa. Dan juga dapat menangkap berbagai penyakit, merupakan hal umum yang dirasakan yang menjadi objek tersebut ditunjang dengan bantuan peralatan elektronik terbaru. Yang bisa untuk mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran hasil uji coba ia berkesimpulan, bacaan Alquran berpengaruh besar hingga 97% dalam melahirkan ketenangan jiwa dan menyembuhkan Alquran disampaikan dalam Konfrensi Kedokteran Islam Amerika Utara pada tahun 1984. Dr Nurhayati dari Malaysia pada tahun 1997 mengungkapkan penelitiannya bahwa bayi yang berusia 48 jam yang kepadanya diperdengarkan Alquran dari tape recorder. Ternyata menunjukan respon tersenyum dan menjadi lebih kita mendengarkan musik klasik dapat mempengaruhi kecerdasan Intelektual IQ dan kecerdasaan emosi EQ. Bacaan Alquran lebih dari itu, selain mempengaruhi kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, bacaan Alquran mempengaruhi kecerdasan spiritual SQ.Alquran Dapat Mengetarkan Jiwa dan Menembus QolbuAyat-ayat Alquran yang dibaca akan mampu menembus jiwa seseorang sehingga ia akan merasakan kedamaian, dan kehadiran Tuhan dalam Qalbunya. Untuk lebih lengkap, lihat karya Imam Musbikin berjudul “Terapi Shalat Tahajud Bagi Penyembuhan Kanker”.Gibb dalam bukunya “Mohammadanisme” menuliskan “Tidak seorang pun dalam seribu lima ratus tahun telah memainkan alat bernada nyaring yang demikian mampu dan demikian berani dan demikian luas getaran jiwa yang diakibatkannya seperti apa yang dilakukan Muhammad melalui Alquran." Umar bin Khattab merasa akan kehadiran Tuhan dalam jiwanya sehingga ia benar-benar yakin bahwa Alquran benar-benar firman Alquran disebutkan “Sesungguhnya, orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah keimanan mereka, dan kepada Tuhan merekalah, mereka bertawakal”.Alquran Sebagai Ilmu PengetahuanPara Ulama dan intelektual muslim terdahulu menjadikan Alquran sebagai mahkota ilmu pengetahuan sehingga mereka dengan mudah mempelajari, menghafal, dan menguasai berbagai ilmu dan mendengarkan Alquran akan menambah daya ingat yang sangat kuat, disiplin, dan memiliki ketentraman jiwa. Intelektual yang jauh dari Alquran akan membuat hatinya mati sehingga walau ia berhasil mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Namun jiwanya akan terganggu yang akibatnya ia tidak memiliki moral dan etika dalam Qutb dalam bukunya yang terakhir berjudul “Ma’alim Fi Athariq” menyatakan bahwa setiap muslim yang menguasai Alquran maka Allah akan bukakan tabir dari orang tersebut sehingga ia mampu mengungkapkan rahasia-rahasia yang terkandung dalam inilah sebenarnya rahasia dibalik kecerdasan para Ulama dan Intelektual muslim generasi terdahulu yaitu mereka menguasai Alquran sehingga Allah membukakan berbagai ilmu pengetahuan yang belum diketahui manusia dan mereka diberikan keistimewaan oleh Allah telah menegaskan dalam Alquran surah al Baqarah ayat 282 "Tingkatkan takwamu pada Allah maka Allah akan ajarkan ilmu pengetahun". Oleh sebab itu, Ibnu Sina mengungkapkan agar anak menjadi secerdas dirinya yang harus dilakukan adalah ajarkan pada anak tersebut sejak usia 6 tahun sampai 14 berupa membaca dan menghafalkan Alquran selain itu ajarkan juga mengenai Fikih, Akhlak, hidup bersih, olahraga, setelah 14 tahun baru ajarkan ilmu yang sesuai bakatnya,Prof Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam.Tentu hal ini berbanding terbalik dengan kebanyakan orang tua sekarang, anak-anaknya sejak usia balita yang pertama diajarkan adalah bagaimana anak tersebut mahir bermain game online, mahir berhitung, dan mahir berbahasa adalah anak tersebut tidak dilatih memiliki kecerdasan intelektual, keceradasan spiritual dan kecerdasan emosional. Maka untuk itu, perbanyaklah membaca Alquran, renungi maknanya dan jadikan Alquran sebagai mahkota ilmu kita dapat menjadi muslim yang senantiasa memiliki ketenangan jiwa. Dan kita juga punya daya ingat yang kuat, cerdas secara intelektual dan spiritual serta berakhlak adalah Alumni Sekolah Tinggi Hukum Yayasan Nasional Indonesia STH-YNI, Pematangsiantar
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah SWT dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah SWT (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah SWT dan hari kemudian.
ArticlePDF AvailableAbstractThe research study carried out was literature where the results of the research carried out contained several findings in the study, including; First, Humans were created by Allah SWT in a perfect form which makes it different from other creatures. Second, the human mind is a gift from Allah SWT, which is used to think, understand, be able to understand something, from within the human being himself, so that humans have the readiness to absorb everything. Third, religion is a matter of reason and its use must be in accordance with the provisions and limits that have been set and not result in absolute and absolute thinking that can harm humans themselves. Fourth, human intelligence is described through the ability of humans themselves to be able to restrain their lusts, those who do the most charity to remember death and the best in preparing provisions to face life after death. Fifth, in the context of human life today, the intelligence referred to includes intelligence IQ Intellegence Quotient, EQ Emotional Quotient, and SQ Spiritual Quotient and there are even other intelligences as part of one's potential that must always be honed and developed. Sixth, the function of reason which is accompanied by good intelligence in Islamic education, with the concepts of tadhakkur, tadabbur, tafakkur and has knowledge and faith, has a very important role in realizing quality Islamic education. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. MUSHAF JOURNAL Jurnal Ilmu Al Quran dan Hadis Vol. 1 No. 1 Desember 2021, page 103-118 103 AKAL DAN KECERDASAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN DAN HADITS Muhammad Isnaini Mahasiswa Program Doktor Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda, Indonesia Corresponding author email muh240971isnaini Iskandar Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda Email abusyla Abstract The research study carried out was literature where the results of the research carried out contained several findings in the study, including; First, Humans were created by Allah SWT in a perfect form which makes it different from other creatures. Second, the human mind is a gift from Allah SWT, which is used to think, understand, be able to understand something, from within the human being himself, so that humans have the readiness to absorb everything. Third, religion is a matter of reason and its use must be in accordance with the provisions and limits that have been set and not result in absolute and absolute thinking that can harm humans themselves. Fourth, human intelligence is described through the ability of humans themselves to be able to restrain their lusts, those who do the most charity to remember death and the best in preparing provisions to face life after death. Fifth, in the context of human life today, the intelligence referred to includes intelligence IQ Intellegence Quotient, EQ Emotional Quotient, and SQ Spiritual Quotient and there are even other intelligences as part of one's potential that must always be honed and developed. Sixth, the function of reason which is accompanied by good intelligence in Islamic education, with the concepts of tadhakkur, tadabbur, tafakkur and has knowledge and faith, has a very important role in realizing quality Islamic education. Keywords Intellect, Intelligence, Qur'an, Hadith. Abstrak Kajian penelitian yang dilakukan adalah literatur yang mana hasil dari penelitian yang dilakukan terdapat beberapa temuan dalam penelitian, diantarnaya; Pertama, Manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam bentuk sempurna yang 104 menjadi pembeda dengan makhluk-makhluk lainnya. Kedua, Akal manusia merupaka karunia dari Allah SWT, yang digunakan untuk berfikir, mengerti, dapat memahami sesuatu, dari dalam diri manusia itu sendiri, sehingga manusia memiliki kesiapan untuk menyerap segala sesuatunya. Ketiga, Agama adalah masalah akal dan penggunaannya haruslah sesuai dengan ketentuan dan batasan yang telah ditetapkan serta tidak mengakibatkan berfikir secara mutlak dan absolut yang dapat merugikan manusia itu sendiri. Keempat, Kecerdasan manusia digambarkan melalui kemampuan manusia itu sendiri yang dapat menahan hawa nafsunya, yang paling banyak beramal untuk mengingat kematian dan paling baik dalam mempersiapkan bekal untuk menghadapi kehidupan setelah kematian. Kelima, Dalam konteks kehidupan manusia saat ini, kecerdasan dimaksud diantaranya meliputi kecerdasan IQ Intellegence Quotient, EQ Emotional Quotient, dan SQ Spiritual Quotient serta bahkan ada kecerdasan lainnya sebagai bagian dari potensi seseorang yang harus selalu diasah dan dikembangkan. Keenam, Fungi akal yang barengi dengan kecerdasan yang baik dalam pendidikan Islam, dengan konsep tadhakkur, tadabbur, tafakkur serta memiliki ilmu pengetahuan dan keimanan, memiliki peranan yang sangat penting dalam rangka mewujudkan pendidikan Islam yang berkualitas. Kata Kunci Akal, Kecerdasan, Al Qur’an, Hadits. Pendah uluan Manusia merupakan makhluk Allah SWT yang diciptakan dalam keadaan sebaik-baiknya bentuk. Secara tegas al-qur’an menjelaskan bahwa manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam bentuk yang sempurna. Diciptakannya manusia dalam bentuk yang sempurna karena juga dilengkapi dengan akal dan kecerdasan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Dengan akal dan kecerdasan manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah. Dengan akal dan kecerdasan manusia dapat mendesain segala sesuatu sesuai dengan apa telah menjadi tuntunan Tuhan. Dengan adanya anugerah akal dan kecerdasan inilah yang membedakan manusia dengan makhluk-makhluk lainnya. Islam adalah agama yang menghargai akal, dalam Islam agama dan akal buat pertama kalinya menjalin hubungan persaudaraan. Di dalam persaudaraan itu, akal menjadi tulang punggung agama yang terkuat dan wahyu sendinya yang terutama. Antara akal dan wahyu tidak bisa ada pertentangan. Mungkin agama membawa sesuatu yang di luar kemampuan manusia memahaminya, tetapi tidak mungkin membawa yang mustahil menurut akal Muhammad Abduh, 1993. Allah SWT memberikan nikmat akal kepada manusia sehingga mengangkat derajatnya kepada tingkat berketuhanan dan kesanggupan untuk mengetahui dan memahami tentang Rabbnya. Ini merupakan nikmat dan kemuliaan tertinggi yang dianugerahkan Allah kepada manusia. Selanjutnya 105 Allah menambahkan fitrah bagi manusia yang sesuai dengan apa yang dibawa para rasul, seperti wahyu dan agama yang disyariatkan Allah bagi manusia Rabi’ bin Hadi, 2002. Allah SWT memberikan akal kepada manusia yang dilengkapi juga dengan kecerdasan yang bertujuan untuk dapat menjawab semua permasalahan yang dihadapi manusia. Setiap manusia diberikan anugerah akal yang dilengkapi dengan kecerdasan oleh Allah SWT untuk mengelola kehidupan sesuai dengan apa yang telah menjadi tuntunan Tuhan. Sejak awal penciptaannya manusia merupakan makhluk yang mempunyai kelebihan dan kekurangan yang diberikan oleh Allah SWT untuk menjadi khalifah fil ardhi dalam menata kehidupan. Rasulullah SAW dalam penjelasannya terkait dengan akal sangat menjunjung tinggi akal, sampai-sampai dikatakan bahwa seseorang dianggap tidak beragama manakala tidak memiliki akal di dalamnya. Demikian pula dengan kecerdasan, Rasulullah SAW juga memberikan penegasan bahwa orang yang cerdas adalah orang yang bisa menahan hawa nafsunya, yang paling banyak beramal untuk mengingat kematian dan paling baik dalam mempersiapkan bekal untuk menghadapi kehidupan setelah kematian. Dalam konteks kehidupan manusia saat ini, kecerdasan dimaksud diantaranya meliputi kecerdasan IQ Intellegence Quotient, EQ Emotional Quotient, dan SQ Spiritual Quotient serta bahkan ada kecerdasan lainnya sebagai bagian dari potensi seseorang yang harus selalu diasah dan dikembangkan. Hasil dan Pembahasa n Pengertian akal dan kecerd asa n Akal berasal dari bahasa Arab dari kataaql yang berarti akal, fikiran. A. W. Munawwir, Kamus 1997. Dalam bahasa Indonesia, akal berarti alat berpikir, daya pikir untuk mengerti, pikiran, ingatan. W. J. S. Poerwadarminta, 2007. Akal juga berarti daya pikir untuk memahami sesuatu, dsb, jalan atau cara melakukansesuatu, daya upaya Tim Redaksi, 2005. Dalam Lisan al-Arab disebutkan bahwa al-aql berarti al-bijr yang berarti menahan dan mengekang hawa nafsu. Seterusnya diterangkan bahwa al-aql mengandung arti kebijaksanaan al-nuba, lawan dari lemah fikiran albumq. Al-aql juga mengandung arti qalbu al-qalb, yang berarti memahami A. W. Munawwir, 1997. Akal adalah daya pikir dalam diri manusia dan salah satu daya jiwa yang mengandung arti berfikir, memahami, dan mengerti Tim Penyusun, 2005 Kata aql sebagai mashdar kata benda dari aqala tidak didapat dalam Alquran, akan tetapi bentukan dari kataaqalatersebut dalam bentuk fiil mudhâri` kata kerja sebanyak 49 kali dan tersebar dalam berbagai surah dalam al-Qur`an. Kata-kata tersebut misalnya; ta`qilȗn al-Baqarah 44, ya`qilȗn al-Furqan 44 dan Yâsîn 68, na`qilu alMulk 10, ya`qiluha al-`Ankabȗt 43, `aqaluhu al-Baqarah 2. Disamping kata `aqala, al-Qur`an juga menggunakan 106 kata-kata yang menunjukkan arti berfikir, seperti nazhara melihat secara abstrak/berfikir, tafakkara berarti berfikir, Faqiha memahami, tadabbara memahami dan tazdakkara mengingat Tim Penyusun, 2005. Menurut Imam al-Ghazali akal memiliki empat pengertian, seharusnya tidak diberikan satu definisi saja untuknya tetapi untuk setiap pengertian ada definisi masing-masing. Adapun pengertian-pengertian tersebut adalah, Pertama, akal adalah suatu sifat yang membedakan manusia dengan binatang, dan merupakan potensi yang dapat menerima dan memahami pengetahuan-pengetahuan yang berdasarkan pemikiran, dan akal mampu menghasilkan produk-produk pemikiran yang canggih. Mengutip pendapat al-Harits bin Asad Al-Muhasibi ketika membuat definisi tentang akal, bahwa “Akal adalah suatu gharizah naluri asli manusia yang menyebabkan manusia memiliki potensi untuk menyerap berbagai pengetahuan yang berdasarkan pikiran. Akal ibarat cahaya yang dimasukkan ke dalam hati, sehingga manusia memiliki kesiapan untuk mencerap segala sesuatunya Imam al-Ghazali, 1996. Kedua, yang dimaksud dengan akal adalah pengetahuan-pengetahuan yang telah tersimpan dalam diri anak yang mumayyiz. Seperti tentang kemungkinan terjadinya segala sesuatu yang mungkin terjadi, dan kemustahilan terjadinya segala sesuatu yang mustahil. Misalnya, pengetahuan bahwa dua lebih banyak daripada satu. Atau bahwa seseorang tidak mungkin berada di dua tempat sekaligus dalam waktu yang bersamaan Imam al-Ghazali, 1996. Ketiga, menurut pengertian ini, yang disebut akal adalah pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman tentang berbagai peristiwa dalam perjalanan hidup ini. Orang yang pikirannya tajam karena telah diasah’ oleh berbagai pengalaman hidup dan memiliki wawasan luas, biasanya disebut âqil orang berakal. Sedangkan orang yang tidak memiliki sifat-sifat seperti itu, biasanya disebut bebal atau dungu atau tidak berakal. Dengan demikian, hal ini merupakan jenis lain dari pengetahuan-pengetahuan yang juga disebut akal. Keempat, bahwa apabila gharizah seperti itu telah menguat dalam diri manusia, sehingga ia mampu memperhitungkan akibat-akibat yang akan timbul dari segala sesuatunya, dan mampu menundukkan serta mengalahkan hawa nafsu yang mengajak kepada kesenangan yang segera, maka ketika itu ia disebut orang berakal Imam al-Ghazali, 1996. Manusia berdasarkan akalnya dapat dibagi kepada empat tingkatan, yaitu, pertama, manusia yang mampu memahami kekuasaan dan kemampuan Allah juga tentang janji dan ancamannya. Kedua, Manusia yang dapat memahami semua kebesaran dan kebenaran Tuhan, tetapi mereka menentangnya demi merenggut kenikmatan dunia. Ketiga, manusia yang mengingkari kebenaran dan tidak bersedia mendekatinya. Mereka menentang kebenaran tersebut, bahkan mengira berada di pihak yang benar padahal mereka berada di ujung kesesatan. Keempat, adalah manusia yang sanggup memahami kebesaran Tuhan sebagai Zat Yang Maha Tunggal dalam mengelola alam raya ini. Golongan ini meyakini 107 bahwa keberhasilan hidup hanya dapat dicapai dengan berpegang teguh pada keimanan terhadap-Nya Nash Hamid Abu Zaid, 2003. Dari beberapa penjelasan diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa akal merupakan pemikiran, mengerti, dapat memahami sesuatu, dalam diri manusia, sehingga manusia memiliki kesiapan untuk menyerap segala sesuatunya. Pengertian Kecerdasan Kecerdasan berasal dari kata cerdas yang berarti pintar dan cerdik, cepat tanggap dalam menghadapi masalah dan cepat mengerti jika mendengar keterangan. Kecerdasan adalah kesempurnaan perkembangan akal budi. Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapi, dalam hal ini adalah masalah yang menuntut kemampuan fikiran Daryanto, 2006. Macam-macam kecerdasan menurut para ahli psikologi di dunia menyimpulkan terkait dengan pemetaan kecerdasan quotient mapping seseorang, dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Ketiga kecerdasan ini merupakan kecerdasan personal yang melekat pada pribadi seseorang Rustam Hanafi. Akal dan Kecerdasan dalam Perspektif Al-quran dan Hadits Dalam Al-quran, kata aql akal tidak ditemukan dalam bentuk mashdarnya, yang ada hanyalah dalam bentuk kata kerja, masa kini dan masa lampau. Secara bahasa, `aql berarti tali pengikat, penghalang. Al-qur’an sendiri menggunakannya bagi sesuatu yang mengikat atau menghalangi seseorang terjerumus dalam kesalahan atau dosa. Dari konteks ayat-ayat yang menggunakan kata `aql dapat dipahami bahwa ia antara lain mencakup makna, pertama Daya untuk memahami dan menggambarkan sesuatu, M. Quraish Shihab, 2005 sebagaimana firman-Nya yang artinya Demikian itulah perumpamaan-perumpamaan yang Kami berikan kepada manusia, tetapi tidak ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang alim berpengetahuan. al-`Ankabut 43. Daya yang dimiliki manusia dalam hal ini berbeda-beda. Hal ini diisyaratakan al-qur`an antara lain dalam ayat-ayat yang berbicara tentang kejadian langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang dan lain-lain. Ada yang dinyatakan sebagai buktibukti keesaan Allah. Bagi orang-orang yang berakal, Q. S. al-Baqarah 164 dan ada juga kata Ulil al-Bâb yang juga dengan makna sama, tetapi mengandung pengertian lebih tajam dari sekedar memiliki pengetahuan. Keanekaragaman akal dalam konteks menarik makna menyimpulkannya terlihat juga dari penggunaan istilah-istilah seperti nazhara, tafakkur, tadabbur, dan sebagainya yang semuanya mengandung makna mengantar kepada pengertian dan kemampuan pemahaman. Kedua, bermakna dorongan moral, M. Quraish Shihab, 2005 sebagaimana firman-Nya yang 108 artinya ... dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan keji, baik yang nampak atau tersembunyi dan jangan kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan sebab yang benar M. Quraish Shihab, 2005. Demikian itu diwasiatkan Tuhan kepadamu semoga kamu memiliki dorongan moral untuk meninggalkannya. Q. S. al-An`am 151. Ketiga, Daya untuk mengambil pelajaran dan kesimpulan serta hikmah. Untuk maksud ini biasanya digunakan kata rusyd. Daya ini menggabungkan kedua daya di atas, sehingga ia mengandung daya memahami, daya menganalisis dan menyimpulkan serta dorongan moral yang disertai dengan kematangan berfikir. Seseorang yang yang memiliki dorongan moral, boleh jadi tidak memiliki daya nalar yang kuat dan boleh jadi pula seseorang yang memiliki daya pikir yang kuat, tidak memiliki dorongan moral, tetapi seseorang yang memiliki rusyd, maka dia telah menggabungkan kedua keistimewaan tersebut. Dari sini dapat dimengerti mengapa penghuni neraka di hari kemudian berkata “ Seandainya kami mendengar dan berakal maka pasti kami tidak termasuk penghuni neraka.” Q. S al-Mulk 10. Kata al-`aql dalam Alquran juga bermakna intelellect. Dalam penggunaannya kata al-`aql mengandung pengertian kemampuan berpikir atau menggunakan nalar. Kata ini telah terserap ke dalam bahasa Indonesia yaitu kata akal. Dalam perkembangannya orang yang memiliki kemampuan berpikir dan nalar sangat tinggi, serta menguasasi suatu pengetahuan tertentu secara sistematis lazim disebut pakar. Seorang pakar belum tentu seorang sarjana. Kata intelektual yang artinya sebanding dengan ulu al-bâb adalah orang yang memiliki dan menggunakan daya intelek pikiran untuk bekerja atau melakukan kegiatannya. Biasanya intelektual adalah orang yang berpendidikan akademis M. Dawam Rahardjo, 2002. Secara harfiah, intelektual adalah orang yang memiliki intelek yang kuat atau intelegensi yang tinggi. Intelegensi adalah kemampuan kognitif atau kemampuan memahami yang dimiliki seseorang untuk berfikir dan bertindak rasional atau berdasar nalar. Kemampuan tersebut bisa diperoleh karena keturunan atau bakat yang ada pada seseorang dari faktor biologisnya, tetapi bisa pula diperoleh sebagai hasil pengalaman lingkungan dan sosialisasi berdasarkan penerimaan norma-norma yang baik-buruk dan benar-salah menurut masyarakat M. Dawam Rahardjo, 2002. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa akal yang berasal dari kata aql merupakan daya untuk memahami dan menggambarkan sesuatu, memiliki dorongan moral, serta memiliki daya untuk mengambil pelajaran dan hikmah. Akal dalam perspektif hadits Terkait dengan hadits Nabi, tentunya banyak uraian mengenai akal, khususnya bila dikaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Berikut ini beberapa hadits Nabi yang mengulas mengenai akal serta berbagai fungsinya. “Sesungguhnya yang pertama-tama Allâh ciptakan adalah akal. Allâh berkata kepadanya, datang menghadaplah!’. Maka iapun datang menghadap. Allâh berkata 109 kepadanya, mundurlah ke belakang!’. Maka iapun mundur ke belakang. Lalu Allâh berfirman, Demi kemuliaan-Kû, Akû tidaklah menciptakan makhluk yang lebih mulia darimu atas-Kû. Dengan sebabmulah Akû menyiksa, dengan sebabmulah Akû memberi, bagimulah pahala dan atasmulah hukuman.” Dalam hadits, Rasulullah SAW menjunjung tinggi akal sampai-sampai dikatakan bahwa seseorang dianggap tidak beragama manakala tidak memiliki akal di dalamnya. Nabi Muhammad SAW bersabda, sebagaimana diuraikan di dalam Kitab Ihya Ulum al-Din, bahwa “orang alim itu adalah orang kepercayaan Allah di bumi-Nya” lebih dari itu “pada hari kiamat nanti yang memberi syafaat adalah nabi-nabi, para ulama kemudian para syuhada.” Imam al-Ghozali, 1986. Islam sangat peduli dengan potensi akal pikiran manusia. Berkali-kali Allah SWT menyebutkan perihal akal, orang yang berakal, serta penggunaan akal pikiran. Misalnya saja kalimat “afala ta’qilun”, “afala tatadabbarun”, dan sebagainya. Demikian pula di dalam hadis, banyak ditemukan isyarat pentingnya akal dalam beragama. Rasulullah SAW menegaskan bahwa akal merupakan substansi agama. , “Agama adalah akal pikiran, barangsiapa yang tidak ada agamanya, maka tidak ada akal pikirannya”. HR. An-Nasa`i. Hadits tersebut secara tersirat menjelaskan betapa urgen dan vitalnya akal bagi seorang yang beragama. Sehingga seorang yang tidak beragama maka sesungguhnya ia tidak berakal. Agama sesuai dengan akal sehat. Perintah, anjuran, suruhan, dan kewajiban agama relevan dengan pemikiran manusia yang sehat dan normal. Demikian pula hal-hal yang menjadi larangan, bertentangan dengan akal sehat. Karena itu, orang yang tidak beragama, sama artinya dengan orang yang tidak memiliki akal pikiran yang sehat dan normal. Itulah sebabnya, seseorang yang tidak memiliki akal sehat, tidak muakllaf, sama dengan anak-anak atau bayi yang belum tahu dan bisa membedakan baik dan buruk, sebagai fungsi dari akalnya. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa agama adalah masalah akal dan penggunaannya haruslah sesuai dengan ketentuan dan batasan yang telah ditetapkan serta tidak mengakibatkan berfikir secara mutlak dan absolut yang dapat merugikan manusia itu sendiri. 110 Kecerdasan dalam perspektif al-quran Apabila kita meneliti ayat-ayat al-Quran, kata-kata yang memiliki arti kecerdasan, sebagaimana yang telah dijelaskan tersebut di atas, yaitu al-Fathanah, adz-dzaka’, al-hadzaqah, an-nubl, an-najabah, dan al-kayyis tidak digunakan oleh al-Quran. Definisi kecerdasan secara jelas juga tidak ditemukan, tetapi melalui kat-kata yang digunakan oleh al-Qur’an dapat disimpulkan makna kecerdasan. Kata yang banyak digunakan oleh al-Quran adalah kata yang memiliki makna yang dekat dengan kecerdasan, seperti kata yang seasal dengan kata al-aql, al-lubb, al-fikr, al-Bashar, al-nuha, al-fiqh, al-fikr, al-nazhar, al-tadabbur, dan al-dzikr. Kata-kata tersebut banyak digunakan di dalam al-Quran dalam bentuk kata kerja, seperti kata ta’qilun. Para ahli tafsir, termasuk di antaranya Muhammad Ali Al-Shabuni, menafsirkan kata afala ta’qilun “apakah kamu tidak menggunakan akalmu”. Dengan demikian kecerdasan menurut al-Qur’an diukur dengan penggunaan akal atau kecerdasan itu untuk hal-hal positif bagi dirinya maupun orang lain. Kata-kata yang memiliki makna yang dekat mirip dengan kecerdasan yang banyak digunakan di dalam al-Quran adalah; Al–Aql, yang berarti an-Nuha kepandaian, kecerdasan. Akal memiliki makna menahan, karena memang akal dapat menahan kepada empunya dari melakukan hal yang dapat menghancurkan dirinya. Kata aql tidak pernah disebut sebagai nomina ism, tapi selalu dalam bentuk kata kerja fi’l. Di dalam al-Quran kata yang berasal dari kata aql berjumlah 49 kata, semuanya berbentuk fi’l mudhari’, hanya 1 yang berbentuk fi’l madhi. Dari banyaknya penggunaan kata-kata yang seasal dengan kata aql, dipahami bahwa al-qur’an sangat menghargai akal, dan bahkan Khithab Syar’i Khithab hukum Allah hanya ditujukan kepada orang-orang yang berakal. Banyak sekali ayat-ayat yang mendorong manusia untuk mempergunakan akalnya. Di sisi lain penggunaan kata yang seasal dengan aql tidak berbentuk nomina ism tapi berbentuk kata kerja fi’l menunjukkan bahwa al-Quran tidak hanya menghargai akal sebagai kecerdasan intelektual semata, tapi al-qur’an mendorong dan menghormati manusia yang menggunakan akalnya secara benar. Sebagaimana yang dikatakan oleh Sternberg yang dikutip oleh Agus Efendi, “Tes IQ sesungguhnya bukan pada seberapa banyak kecerdasan yang anda miliki dalam otak anda. Akan tetapi bagaimana anda menggunakan kecerdasan yang harus anda buat menjadi dunia yang lebih baik bagi diri anda sendiri, dan orang lain.” Kecerdasan lebih merupakan sesuatu yang anda gunakan. Itulah yang dimaksud dengan kecerdasan majemuk sebagaimana disampaikan oleh Horward Gordner, kecerdasan yang mencakup banyak aspek kehidupan, bukan kecerdasan intelektual semata. 111 Bentuk dari kata aql yang dirangkaikan dalam sebuah kalimat pertanyaan, seperti afala ta’qilun apakah kamu tidak menggunakan akalmu terdapat 13 buah di dalam al-Qur’an. Hal ini menunjukkan bahwa Allah swt. mempertanyakan kecerdasan mereka, dengan akal yang sudah diberikan. Al-Lubb atau al-Labib, yang berarti al-aql atau al-aqil, dan al-labib sama dengan al-aql. Di dalam al-Quran Kata al-albab disebut 16 kali, dan kesemuanya didahului dengan kata ulu atau uli yang artinya pemilik, ulu al-albab berarti pemilik akal. Al-bashar, yang berarti indra penglihatan, juga berarti ilmu. Di dalam Kamus Lisan al Arab, Ibn Manzhur mengemukakan bahwa ada pendapat yang mengatakan ; al-bashirah memiliki ma’na sama dengan al-fithnah kecerdasan dan al-hujjah argumentasi. Al-Jurjani mendefinisikan al-Bashirah, adalah suatu kekuatan hati yang diberi cahaya kesucian, sehingga dapat melihat hakikat sesuatu dari batinnya. Para ahli hikmah menamakannya dengan ; al-aqilah an-nazhariyyah wa alquwwah al-qudsiyyah kecerdasan bepikir dan kekuatan suci atau ilahi. Abu Hilal al-Askari membedakan antara al-bashirah dan al-ilm ilmu, bahwa al-bashirah adalah kesempurnaan ilmu dan pengetahuan. Di dalam al-Quran, kata yang berasal dari kata al-bashar, dengan berbagai macam bentuk, jumlahnya cukup banyak, yaitu berjumah 142 kata, yang berbentuk kata al-bashir berjumlah 53 kata, hampir kesemuanya menjadi sifat Allah swt. kecuali 6 kata yang menjadi sifat manusia, 4 diantaranya kata al-bashir menjelaskan perbedaan antara manusia yang buta dan melihat. Sedangkan kata bashirah terdapat pada 2 ayat, yaitu pada surah Yusuf 108 dan al-qiyamah 14. sedangkan kata bashair yaitu bentuk jama’ dari bashirah disebut dalam al-Quran sebanyak 5 kali. Dalam menafsirkan kata bashirah yang ada pada surat Yusuf 108, al-Baghawi dan Sayyid Thanthawi menjelaskan ma’na al-bashirah adalah pengetahuan yang dengannya manusia dapat membedakan antara yang benar dan yang salah. Kata al-abshar yaitu bentuk jama’ dari al-bashar berjumlah 8 ayat, 3 diantaranya didahului kata ulu mempunyai, ya’ni Surah Ali Imran 13, an-Nur 44, dan al-Hasyr 2. An-Nuha, maknanya sama dengan al-aql, dan akal dinamakan an-nuha yang juga memiliki arti mencegah, karena akal mencegah dari keburukan. Kata an-nuha di dalam al-Quran terdapat pada 2 tempat, keduanya ada pada Surat thaha ; 54, 128 dan keduanya diawali dengan kata uli pemilik. Al-fiqh yang berarti pemahaman atau ilmu. Di dalam al-Quran, Kata yang seasal dengan al-Fiqh terdapat pada 20 ayat, kesemuanya menggunakan kata kerja fi’l mudhari’, hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan dan 112 pemahaman itu seharusnya dilakukan secara terus menerus. Kata al-fiqh juga berarti al-fithnah kecerdasan. Al-Fikr, yang artinya berpikir. Kata yang seakar dengan al-fikr terdapat pada 18 ayat. Kesemuanya berasal dari bentuk kata at-tafakkur, dan semuannya berbentuk kata kerja fi’l, hanya satu yang berbentuk kata fakkara, yaitu pada Surat al-Mudatstsir 18. Al-Jurjani mendefinisikan, at-tafakkur adalah pengerahan hati kepada makna sesuatu untuk menemukan sesuatu yang dicari, sebagai lentera hati yang dengannya dapat mengetahui kebaikan dan keburukan. An-nazhar yang memiliki makna melihat secara abstrak berpikir, Di dalam kamus Taj al-Arus disebutkan termasuk makna an-nazhar adalah menggunakan mata hati untuk menemukan segala sesuatu, an-nazhar juga berarti al-i’tibar mengambil pelajaran, at-taammul berpikir, al-bahts meneliti. Untuk membedakan antara an-nazhar dan al-Ru’yah, Abu Hilal al-Askari memberikan definisi bahwa al-nazhar adalah mencari petunjuk, juga berarti melihat dengan hati. Di dalam al-Quran terdapat kata yang seasal dengan an-nazhar lebih dari 120 ayat At-tadabbur yang semakna dengan at-tafakkur, terdapat dalam al-Quran sebanyak 8 ayat. Al-Jurjani memberikan definisi at-tadabbur, adalah berpikir tentang akibat suatu perkara, sedangkan at-tafakkur adalah pengerahan hati untuk berpikir tentang dalil petunjuk. Adz-dzikr yang berarti peringatan, nasehat, pelajaran. Dalam al-Quran terdapat kata yang seasal dengan adz-dzikr berjumlah 285 kata, 37 diantaranya adalah yang berasal dari bentuk kata at-tadzakkur yang berarti mengambil pelajaran. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kecerdasan dalam perspektif al-qur’an memiliki beberapa makna yang dekat dengan arti kecerdasan, diantaranya al-aql, al-lubb, al-fikr, al-Bashar, al-nuha, al-fiqh, al-fikr, al-nazhar, al-tadabbur, dan al-dzikr. Kecerdasan dalam perspektif hadits Dari pandangan manusia, kecerdasan selalu berurusan dengan dunia. Hal ini tentunya berbeda dengan cara pandang Rasulullah SAW yang menyebutkan kalau orang yang memiliki kecerdasan adalah mereka yang selalu mengingat tentang kematian. Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Umar RA, yakni "Manusia yang paling utama adalah manusia yang paling baik akhlaknya. Manusia yang cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat 113 kematian dan paling baik dalam mempersiapkan bekal untuk menghadapi kehidupan setelah kematian. Mereka adalah orang-orang berakal." Penjelasan hadits tersebut adalah bagi mereka yang selalu mengingat kematian termasuk orang yang cerdas. Dikatakan cerdas karena mereka akan selalu memperbanyak amalan baik dan ibadah yang akan mengantarkan mereka ke surga. Disamping itu, mereka juga tidak hanya terpaku pada duniawi yang bersifat sementara. Bahkan, salah seorang sahabat Rasulullah SAW pun pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, siapa manusia yang paling cerdas ?" Rasulullah SAW menjawab "Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian, itulah orang yang paling cerdas." HR Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsami. Dalam hadits lain Rasulullah SAW menjelaskan "Orang yang cerdas adalah yang menekan nafsunya dan beramal untuk kehidupan setelah kematian, sedangkan orang dungu adalah yang mengikuti hawa nafsunya dan mengangankan kepada Allah berbagai angan-angan.". HR At-Tirmidzi. . . . . . ». . “Siapa diantara orang mukmin yang terbaik ya Rasulullah ? ” Beliau menjawab ”yang paling baik akhlaknya”. Lalu ditanya lagi,”siapa yang paling cerdas”. Beliau menjawab,” yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap mempersiapkan setelah kematian, mereka yang sangat cerdas”. HR Ibnu Majah . 114 Rasulullah SAW juga menjelaskan "Orang mukmin yang paling utama adalah orang yang paling baik akhlaknya. Orang mukmin yang paling cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling bagus persiapannya untuk menghadapi kematian. Mereka semua adalah orang-orang yang cerdas." HR. At-Tirmidzi. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kecerdasan dalam perspektif hadits adalah orang yang bisa menahan hawa nafsunya, paling banyak beramal untuk mengingat akan kematian dan paling siap dengan bekal setelah kematian. Fungsi Akal/Kecerdasan Dalam Pendidikan Islam Pendidikan merupakan “human investment” yang bisa dijadikan sebagai tatanan strategis untuk melahirkan generasi yang gemilang di masa mendatang. Pencaharian paradigma pendidikan Islam yang lebih baik akan menjadi tanggung jawab bersama terutama civitas akademika di era millenial sekarang ini. Peradaban masyarakat maju atau masyarakat madani civil society adalah masyarakat yang memiliki pengetahuan sebagaimana tergambar pada masa kejayaan umat Islam sudah menjadi suatu keharusan bagi masyarakat Islam terutama yang hendak mengambil kembali masa-masa kejayaan. Untuk mengambil kembali masa kegemilangan maupun kecemerlangan dalam sejarah kemajuan umat islam maka sudah barang tentu pendidikan merupakan jawaban satusatunya yang dapat membangunkan tidur bagi para pencinta kemajuan karena pada dasarnya Islam adalah agama kemajuan dan ilmu pengetahuan.” Dengan demikian pendidikan Islam hendaknya diarahkan pada peran ganda baik sebagai tadhakkur dan tafakkur. Tadhakkur adalah bagian dari bagaimana pendidikan Islam dapat mengarahkan, merespons, menghargai serta mengkarakterisasi menuju kesempurnaan nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri. Sedangkan yang dimaksud dengan peran tafakkur dalam pendidikan Islam adalah sebagai sebuah alat kontrol bagaimana konsep tadhakkur berjalan sesuai dengan peran dan fungsinya. Hal ini menunjukkan bahwasannya peran pendidikan Islam sebagai sebuah paradigma tadhakkur harus senantiasa membumi dalam perilaku kehadupan sehari-hari.” Muhammad Mahfudz, 2006. Oleh karena itu pembentukan kepribadian menuju kesempurnaan nilai-nilai kemanusiaan maka harus senantiasa diarahkan pada nilai-nilai bawaan fitrah dengan mengacu pada konsep ta’alluq, takhalluq, dan tahakkuq. Ketiga konsep tersebut merupakan perpaduan di antara kecerdasan akal, hati, dan emosional. Keterpaduan dari ketiga pilar tersebut merupakan tangga untuk mencapai derajat tertinggi baik Akal Dalam Perspektif 15 Wasehudin 115 Pendidikan Islam Telaah Reflektif Filsafat Terhadap Ayat-Ayat Alquran dirinya sebagai hamba Allah abdullah maupun wakil Allah khalifatulah di muka bumi.” Ahmad Fadlali, 2009. Dari paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa fungi akal yang barengi dengan kecerdasan yang baik dalam pendidikan Islam, dengan konsep tadhakkur, tadabbur, tafakkur serta memiliki ilmu pengetahuan dan keimanan, memiliki peranan yang sangat penting dalam rangka mewujudkan pendidikan Islam yang berkualitas. Kesimp ula n Dari beberapa pemaparan yang telah disampaikan diatas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut Pertama, Manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam bentuk sempurna yang menjadi pembeda dengan makhluk-makhluk lainnya. Kedua, Akal manusia merupaka karunia dari Allah SWT, yang digunakan untuk berfikir, mengerti, dapat memahami sesuatu, dari dalam diri manusia itu sendiri, sehingga manusia memiliki kesiapan untuk menyerap segala sesuatunya. Ketiga, Agama adalah masalah akal dan penggunaannya haruslah sesuai dengan ketentuan dan batasan yang telah ditetapkan serta tidak mengakibatkan berfikir secara mutlak dan absolut yang dapat merugikan manusia itu sendiri. Keempat, Kecerdasan manusia digambarkan melalui kemampuan manusia itu sendiri yang dapat menahan hawa nafsunya, yang paling banyak beramal untuk mengingat kematian dan paling baik dalam mempersiapkan bekal untuk menghadapi kehidupan setelah kematian. Kelima, Dalam konteks kehidupan manusia saat ini, kecerdasan dimaksud diantaranya meliputi kecerdasan IQ Intellegence Quotient, EQ Emotional Quotient, dan SQ Spiritual Quotient serta bahkan ada kecerdasan lainnya sebagai bagian dari potensi seseorang yang harus selalu diasah dan dikembangkan. Keenam, Fungi akal yang barengi dengan kecerdasan yang baik dalam pendidikan Islam, dengan konsep tadhakkur, tadabbur, tafakkur serta memiliki ilmu pengetahuan dan keimanan, memiliki peranan yang sangat penting dalam rangka mewujudkan pendidikan Islam yang berkualitas. Daftar Pusta ka Agus Nggermanto, Quantum Quotient Kecerdasan Quantum Bandung Nuansa, 2005. Ahmad Fadlali, Fitrah Akliyah Dalam Pendidikan Islam, Forum Tarbiyah Vol. 7 no. 2 Desember 2009. Ahmad Heriyanto, Hubungan Kecerdasan Emosional Dalam Meningkatkan Hafalan AlQur’an Surat An Naba’ Santri Kelas I A Madrasah Aliyah Palembang Skripsi, 2017. Akhmad Muhaimin Azzed, Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Bagi Anak, Jogjakarta Ar-Ruzz Media, 2014. 116 Akhmeda Farkhaeni, Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Konsep Diri Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta Jakarta Skripsi, 2011. Arisha Yonna Tanu, Ikhlas Menurut Islam, Dalam Http//Apa Yang Dimaksud Dengan Ikhlas Menurut Para Ahli// Diakses Pada 12 Mei 2018 Pukul Wib Ary Ginanjar Agustin, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional Dan Spiritual ; Esq Jakarta Arga 2002. Ary Ginanjar Agustian, Esq Power Sebuah Inner Journey Melalui Al-Ihsan, Jakarta Arga, 2004. Ary Ginanjar Agustian, Esq The Esq Way 165 Berdasarkan 1 Ihsan 6 Rukun Iman Dan 5 Rukun Islam, Jakarta Arga, 2005. A. W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, Surabaya Pustaka progressif, 1997. Dakir Dan Sardimi, Pendidikan Islam Dan Esq Komparasiintregatif Upaya Menuju Stadium Insan Kamil, Semarang Rasail Media Group, 2011. Dana Frasetya, Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan Intelektual Dan Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan Siswa Kelasvii Di Smp Negeri 4 Gamping Tahun Pelajaran 2014/2015, Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta, 2015. Danah Zohar Dan Ian Marshall, Sq Kecerdasan Spiritual, Bandung Pt Mizan Pustaka, 2007. Daniel Goleman, Working With Emotional Inteligence, Terj. Alex Tri Kantjono Widodo, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi Jakarta Pt Gramedia Pustaka Utama, 2005. Daniel Goleman, Emosional Intelegence Mengapa Eq Lebih Penting Dari Pada Iq Jakarta Pt Gramedia Pustaka Utama, 2007. Darudijo Rommel Jachja, Analisis Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Spiritual Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Karyawan Studi Di Pt. Multiguna International Persada. Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, Surabaya Apollo, 2006. Febri Sulistiya, Pengaruh Tingkat Kecerdasan Intelektual Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Jasmani, Olahraga Dan Kesehatan Pada Siswa Di Smpn 15 Yogyakarta, Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta, 2016. Hairul Anam Dkk, Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Spiritual Dan Kecerdasan Sosial Terhadap Pemahaman Akuntansi, Balikpapan Jurnal Sains Terapan. Harun Nasution, Muhammad Abduh, Baca pula Muhammad Abduh, Risalah al-Tawhid, Kairo Dar al-Manar, 1993. Imam al-Ghazali. Mukhtashar Ihya Ulumuddin Jakarta Pustaka Amani, 1986. 117 Imam al-Ghazali, Ilmu dalam Perspektif Tasawuf al-Ghazali, terj. Muhammad a-Baqir, Bandung karisma, 1996. Intan Purwasih, Pengaruh Intensitas Menghafal Al-Qur’an Terhadap Kecerdasan Spiritual Santri Salatiga Skripsi, 2011. Makmun Mubayidh, Ad-Dzaka’ Al Athifi Wa Ash Shihah Al Athifiyah, Terj. Muhammad Muhson Anasy, Kecerdasan & Kesehatan Emosional Anak, Jakarta Pustaka Al-Kautsar, 2006. Mimi Doe & Marsha Walch, 10 Prinsip Spiritual Parenting Bagaimana Menumbuhkan Dan Merawat Sukma Anak Anda. Bandung Kaifa, 2001. M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedi al-Qur`an, Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep Kunci, Jakarta Paramadina, 2002. Muhammad Mahfudz, Peran Akal Dalam Surat Ali Imran Ayat 190-191 dan Implikasinya dalam Pendidikan Islam Semarang Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2006. M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur`an, Bandung Mizan, 2005. Nash Hamid Abu Zaid, Menalar Firman Tuhan, Wacana Majaz dalam al-Qur`an Menurut Mu`tazilah, terj. Abdurrahman Kasdi dan Hamka Hasan, Bandung Mizan, 2003. Prima Vidya Asteria, Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Melalui Pembelajaran Membaca Sastra, Malang Ub Press, 2014. Rabi’ bin Hadi “Umar Al-Madkhaly, Cara Para Nabi Berdakwah, terj. Muhtarudin Abrari, Tegal Maktabah Salafy Press, 2002. Rustam Hanafi, Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan Emosional Dan Performa Auditor, Semarang Universitas Islam Sultan Agung Semarang. Rus’an, Spiritual Quotient Sq The Ultimate Intelligence, Palu Jurnal Lentera Pendidikan, Vol. 16 2013. Siti A. Toyibah Dkk, Pengaruh Kecerdasan Spiritual Terhadap Kesejahteraan Psikologis Pada Mahasiswa Penghafal Alquran, Bandung Jurnal Psikologi Islam, Vol. 4, No. 2 2017. Sukidi, Rahasia Sukses Hidup Bahagia, Mengapa Sq Lebih Penting Dari Pada Iq Dan Eq. Jakarta Pt Gramedia Pustaka Utama, 2004. Steven S. Stein Dan Howard, The Edge Emotional And Your Succes, Terj. Trinada Rainy Ledakan Eq 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses, Bandung Kaifa, 2003. Syamsu Yusuf Dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan Dan Konseling, Bandung Pt Remaja Rosdakarya, 2010. Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi III, Jakarta Balai Pustaka, 2005. Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam, Jilid 1, Jakarta Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005. Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah Transendenta Intelegensi Membentuk Kepribadian Yang Bertanggung Jawab Profesional Dan Berakhlak, Jakarta Insani, 2001. Triantoro Safaria, Spiritual Intellegence Metode Pengembangan Kecerdasan Spiritual Anak, Jakarta Graha Ilmu, 2007. 118 Triantoro Safaria Dkk, Managemen Emosi Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif Dalam Hidup Anda, Jakarta Bumi Aksara, 2012. W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, edisi III Jakarta Balai Pustaka, 2007. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Wib Ary Ginanjar Agustin, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional Dan SpiritualTanu Arisha YonnaArisha Yonna Tanu, Ikhlas Menurut Islam, Dalam Http//Apa Yang Dimaksud Dengan Ikhlas Menurut Para Ahli// Diakses Pada 12 Mei 2018 Pukul Wib Ary Ginanjar Agustin, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional Dan Spiritual ; Esq Jakarta Arga 2002.Ary Ginanjar AgustianAry Ginanjar Agustian, Esq Power Sebuah Inner Journey Melalui Al-Ihsan, Jakarta Arga, 2004.Esq The Esq Way 165 Berdasarkan 1 Ihsan 6 Rukun Iman Dan 5 Rukun IslamAry Ginanjar AgustianAry Ginanjar Agustian, Esq The Esq Way 165 Berdasarkan 1 Ihsan 6 Rukun Iman Dan 5 Rukun Islam, Jakarta Arga, 2005.A W MunawwirA. W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, Surabaya Pustaka progressif, 1997.Dan DakirSardimiDakir Dan Sardimi, Pendidikan Islam Dan Esq Komparasiintregatif Upaya Menuju Stadium Insan Kamil, Semarang Rasail Media Group, 2011.Danah Zohar Dan Ian MarshallDanah Zohar Dan Ian Marshall, Sq Kecerdasan Spiritual, Bandung Pt Mizan Pustaka, 2007.Working With Emotional InteligenceDaniel GolemanDaniel Goleman, Working With Emotional Inteligence, Terj. Alex Tri Kantjono Widodo, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi Jakarta Pt Gramedia Pustaka Utama, 2005.DaryantoDaryanto, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, Surabaya Apollo, 2006.Dawam RahardjoM. Dawam Rahardjo, Ensiklopedi al-Qur`an, Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep Kunci, Jakarta Paramadina, 2002.
Ayatayat Al-Quran Tentang Penciptaan Manusia: Quran Surah Al-Alaq ayat 1-2. ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ ١ خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ ٢. "1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.".
Jangan Pandang anak sebelah mata. Foto VOI Indonesia Qur’an Surat Lukman 3112, Allah berfirman “ Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.” ———————– –Al Quran mengajarkan orang tua untuk mendidik anak menjadi generasi yang kuat, sebagaimana disebutkan dalam Surat Annisa 49 Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” Kita perlu mewariskan generasi yang kuat, dimulai dari anak-anak. Kuat disini mencakup empat aspek. Kuat dalam hal fisik, kuat dalam hal ilmu, kuat dalam hal iman tidak musyrik dan kuat dalam hal karakter atau akhlak. Anak-anak perlu kita beri makan yang bergizi baik, perlu diberikan makanan ilmu pengetahuan yang setinggi-tingginya, perlu diajari mengenai mengikis kemusyrikan dalam dirinya dan orang lain ingat musyrik kepemilikan, pengabdian, aturan, perlindungan/perilaku dan figur!, perlu diajari akhlak dan karakter yang sesuai dengan al Quran. Tujuan mendidik anak adalah agar mereka dapat menjadi generasi yang menjadi pemimpin atau imam bagi orang yang bertakwa, sebagaimana disebutkan dalam Surat Al Furqan 2574, Dan orang orang yang berkata “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. Menjadikan anak sebagai imam bagi orang-orang bertakwa berarti mendidik anak menjadi anak yang bertakwa terlebih dahulu, yaitu manusia yang selalu bersegera mohon ampun, bersedekah dalam kondisi lapang dan sempit, menahan amarah, memaafkan orang lain dan berbuat baik Surat Ali Imran 3133-134. Ajarkan Ke-esaan Allah Manusia yang memahami Al Quran tetap akan memikirkan nasib anak-anaknya,Manusia yang memahami Al Quran dan dirinya sedang mengalami sakratul maut, dia akan membuktikan kebenaran Al Quran bahwa pertanyaan manusia yang sedang sakratul maut adalah pertanyaan tentang tauhid apakah selama hidup kita sedang meng-esakan atau mempersekutukan Allah. Oleh karena itu, ketika orang ini kemudian memikirkan anaknya, yang terpikir bukanlah siapa yang memberikan rezeki, siapa yang menyekolahkan dan sebagainya, tetapi yang pasti terpikirkan adalah apakah bagaimana mereka akan tumbuh menjadi anak yang meng-esakan Allah bukan menjadi anak yang mempersekutukan Allah, sebagaimana disebutkan dalam Qur’an Surat Al-Baqoroh 133, Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan tanda-tanda maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, yaitu Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” Ajaran kepada anak tentang meng-esakan Allah tidak hanya diajarkan ketika sedang sakratul maut, namun juga selama hidup kita, sebagaimana disebutkan dalam Qur’an Surat Lukman 3112, Allah berfirman “ Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.” Mengingat sangat pentingnya ini diajarkan kepada anak-anak, maka pada saat kematian menjemput pun, pesan inilah yang perlu disampaikan kepada anak-anak, istri dan kerabat. Apa yang terdapat di sisi kita ini pada suatu saat akan lenyap, yang abadi adalah nafs manusia, sebagaimana disebutkan dalam Qur’an Surat An Nahl 1696 yang artinya “Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. Rasa kekhawatiran untuk meninggalkan apa yang telah dititipkan Allah atas diri kita selama hidup ini akan menimbulkan perasaan memiliki dan sikap bakhil yang memperberat perpisahan kita dengannya, sebagaimana disebutkan dalam Qur’an Surat Ali Imran 3180 yang artinya “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan yang ada di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. Jangan Berprasangka Buruk Jangan pernah berprasangka buruk kepada Tuhan bahwa rezeki anak dan istri kita adalah harus melalui saya sebagai seorang suami, sebagaimana disebutkan dalam Qur’an Surat Al Hijr 1520. “Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan Kami menciptakan pula makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya.” Boleh jadi sebenarnya rezeki itu adalah rezeki anak dan istri kita yang disalurkan Allah melalui diri kita dimana tanpa kita pun mereka akan mendapatkannya. Ada pertanyaan besar pada diri saya sendiri dan anda, masihkah kita merasa khawatir akan kematian? Kalau masih, berarti masih banyak pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan dalam pembuktikan tauhid ini kepada Allah. */sumber artikel tulisan Sukardi SThi, fasilitator paham qurani
Katakanlah (Muhammad), 'terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepadamu?' perhatikanlah, bagaimana Kami menjelaskan berulang-ulang (kepada mereka) tanda-tanda kekuasaan (kami), tetapi mereka tetap berpaling" (QS. Al-An'am:46)
ABSTRAK Selain pengendalian amarah, kecerdasan emosional juga mampu mengontrol dosa verbal tanpa sadar seperti dosa verbal dalam dunia virtual. Perkembangan tekhnologi yang mampu menembus batas-batas privasi, menjadikan manusia mudah mengakses dan menyalurkan emosinya. Ekspresi emosi bisa terjadi tiap saat, tanpa batasan waktu diberbagai media sosial seperti whattsapp, twitter, Instagram. Inilah sebuah kondisi dimana manusia dituntut untuk memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Penggunaan emoticon atau emotional dan sticker gambar yang merupakan ekspresi emosi masing-masing orang menunjukkan kemampuan seseorang dalam membangun hubungan yang sehat dengan orang lain. Namun kesalah fahaman dalam menerjemahkan emoticon juga akan mudah tergelincir pada dosa verbal yang tak disadari seperti fenomena ghibah Kata kunci Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Verbal; Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free A preview of the PDF is not available ... Akhlakul karimah is the realization of emotional intelligence, and it has been explicitly mentioned in the Qur'an and Hadith Ramayulis, 1997;Masjudin & Syahyudin, 2017. In Islamic perspective, it turns out that several researchers and academicians such as Rahman & Abdullah 2012;Santra, 2016;Masjudin & Syahyudin, 2017;Hamdan, 2017 use the same indicator as Goleman 1995. Rahman & Abdullah 2012 stated that in Islam, there are two sources used as the main reference, namely Qur'an and Hadith. ...... This is because the Muslims believe that the answer to overcome any problems is all sourced from these two references. This study refers to the indicator used by Masjudin & Syahyudin, 2017;Hamdan, 2017 that in measuring emotional intelligence in Islamic perspective is measured using ...... Muraqabah is a process in one self when they watch their deeds with a sharp eye. Muhasabah is the process of assessing and weighing the good and bad deeds that have been done, or also called as self-correction Hamdan, 2017. 2. Ability to manage emotion/patient. ... Muafi UiiThis study aims to examine and analyze the influence of emotional intelligence in Islamic persepctive on affective commitment moderated by “diuwongke” in Islamic perspective. This study uses quantitative approach with the sample of public banks employees in Central Java who has Islam religion. The sampling technique is using purposive sampling with certain criteria, and the data is collected through questionnaire distribution. The statistical technique is carried out using regression moderation. The results of this study prove that 1 Emotional intelligence in Islamic perspective has a positive and significant influence on affective commitment; and 2 “Diuwongke” in Islamic perspective can strengthen the relationship between emotional intelligence in Islamic perspective on affective commitment... Tetapi Raisa mengungkapkan emosi dengan tutur kata yang kasar terhadap pekerjaannya sebab kesal. Hal tersebut tidak sesuai karena kecerdasan emosi dilakukan dengan mengekspresikan emosinya dengan menahan diri dari perkataan yang buruk Sarnoto & Rahmawati, 2020. Kebebasan mencari pengalaman merupakan memberikan segala sesuatu tanpa adanya tekanan, sesuai dengan apa yang diharapkan Hair & Atnawi, 2022. ...Shabrina Amelia Mubiina AhNur Aini PuspitasariPenelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kritik sastra psikologi dalam mengungkapkan kecenderungan untuk aktualisasi, pengembangan diri manusia dewasa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan teknik analisi isi. Pendekatan yang digunakan teori kritik sastra psikologi Carl Rogers. Analisis data dilakukan dengan mencatat kutipan dalam novel Relung Rasa Raisa yang mengandung kritik psikologi sastra, mengumpulkan data berdasarkan instrument penelitian yang telah ditemukan ke dalam tabel data dan terakhir menganalisis data yang sudah dipilah berdasarkan teori Carl Rogers. Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu analisis kejiwaan pada novel Relung Rasa Raisa karya Lea Agustina Citra meliputi; 1 konsep aktualisasi diri berupa mewujudkan cita-cita tokoh 2 pengembangan konsep diri berupa tokoh mampu menerima kondisi yang terjadi 3 Konsep manusia dewasa pada novel ini yaitu Raisa dapat menjalani kehidupan dan memanfaatkan peluang yang ada dengan tekad kuat. Adapun kritik terhadap novel Relung Rasa Raisa yaitu terdapat pada kecenderungan untuk mengaktualisasi tokoh Raisa yang sudah tidak mempelajari bahasa Jerman karena kecewa atas diri sendiri. Lalu pengembangan konsep diri pada Raisa yang mudah berbohong karena terdapat pengaruh dari orang tua. Manusia dewasa pada novel ini terdapat penilaian pada tokoh Raisa yang tidak mampu mengelola emosi dengan cara mengepalkan tangan dan labil dalam Kunci Kritik Sastra, Novel Relung Rasa Raisa, Psikologi Sastra... penanaman nilai-nilai Ilahiyah dalam kecerdasan komunikasi verbal dalam al-Qur'an diharapkan akan menekan bahkan menghilangkan berbagai macam konflik, sehingga tujuan hidup yang bahagia dapat ikut memberi andil negara dalam menciptakan pembangunan manusia seutuhnya Sarnoto & Rahmawati, 2020. ...Sri Tuti RahmawatiThis study examines the concept of Communication and Culture Education. The study of cross-cultural communication cannot be separated from culture because in cross-cultural communication the communication participants are faced with the problem of cultural differences. This type of research uses a descriptive type which aims to make a systematic, factual and accurate description or picture of facts, characteristics and the relationship between phenomena in the object of research according to the problems studied. The results of this study are; a. Communication Relations with Culture, b. The Cruciality of Cultural Differences, c. Prejudice. The situation in cross-cultural communication is so dynamic and evolving and sometimes not free from stereotypes. In cross-cultural communication there is an exchange between one culture and another. The cultural pressure point in the context of cross-cultural communication has more to do with immaterial cultural aspects, such as language, traditions, habits, customs, moral norms and values, ethics, ideas, religion, arts, beliefs, and so on.... Rahmawati1 & Sarnoto, 2020 Adapun manusia yang menjadi bagian dari dua kedudukan tersebut, sangat ditentukan oleh proses pembelajaran yang dijalaninya di dunia, dimana pembelajaran tersebut akan menciptakan suatu kecerdasan dalam dirinya. Charisma, 1991 Dalam Al-Qur'an juga banyak ayat yang memberikan isyarat sebagai term kecerdasan, Sarnoto & Rahmawati, 2020 diantaranya adalah adanya akal. Akal berasal dari kata kerja 'aql dalam bentuk ta'qilūn atau ya'qilūn merupakan kata bentukan kemampuan untuk belajar dari pengalaman, dan 2 kemampuan untuk berdaptasi dengan lingkungan sekitar Yusuf, 2014. ...Taufik Nugroho Ahmad Zain SarnotoSiti Maria UlfaThis research is motivated by the phenomenon of the tendency of people who have experienced apathy, individualism, and have lost their social sensitivity. Society is trapped in an attitude of prioritizing personal desires and disregarding the interests of others so that contemporary problems are born in today's society. Every individual should not only be concerned with the benefit of himself, while he mentions the problems that exist in his environment. This study will examine the terms of the Qur'an which are related to social intelligence. In this research, we will present a random interpretation of several verses of the Qur'an that are relevant to the theme of the discussion. The method used in this research is literature study with a thematic interpretation approach. The results of this study will reveal verses in the al-Qur'an that are relevant and related to social intelligence.... Pandangan yang pertama dari Alfred Binet, merupakan tokoh perintis pengukuran intelegensi. Binet, menjelaskan bahwa intelegensi merupakan kemampuan mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan, artinya individu mampu menetapkan tujuan untuk dicapainya goal setting, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila dituntut demikian artinya individu mampu melakukan penyesuaian diri dalam lingkungan tertentu adaptasi, dan kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau melakukan autokritik artinya individu mampu melakukan perubahan atas kesalahan-kesalahan yang telah diperbuatnya atau mampu mengevaluasi dirinya sendiri secara obyektif Sarnoto & Rahmawati, 2020. ... Ahmad Zain SarnotoSiti Maria UlfaThis study concluded that social intelligence is a person's ability to understand other people and care about the social environment. This is based on the two dimensions of social intelligence from the perspective of the Koran that the authors found, namely the feeling dimension affective aspect and the action dimension psychomotic aspect. In the feeling dimension affective aspect consists of empathy and sincerity, while the action dimension psychomotic realm consists of helping, friendship, caring and communication. This means that the Qur'an describes the balance between habl ma'a Khaliqih and habl ma'a ikhwanih. Thus, this Quran-based cooperative learning model can help improve children's social intelligence. Cooperative learning is a learning model using a system of grouping students, who have different academic backgrounds, gender, race, or ethnicity heterogeneous. Cooperative learning can form interpersonal skills because there are elements of working together, helping each other, helping out and discussing. This is based on the two indicators of cooperative learning in the perspective of the Qur'an that the author found, namely helping and deliberation. The approach used in this study is a qualitative approach. While the method used is a thematic interpretation method. The data collection technique used is through literature studyPurpose This paper aims to examine the effects of taqwa God-consciousness and syukr gratitude to God on emotional intelligence EI in a Muslim population in Malaysia. Design/methodology/approach Structural equation modelling tool AMOS was used to test the study’s hypotheses. In total, data were sourced from 302 Muslim employees working in Malaysia's public and private sectors. Findings Taqwa and syukr positively influence EI, and people with taqwa and syukr demonstrate greater levels of self-emotional appraisal compared with other emotional appraisals. This study also shows that people with taqwa and syukr give increased priority to understanding and distinguishing positive and negative emotions because of their understanding of Islamic teachings. They also exhibit concern with knowing their emotions well before advising or responding to the emotions of others. This may increase their sense of empathy, thereby improving their emotional competency and EI. Originality/value The findings indicate that taqwa and syukr predispose Muslims to EI. This study applied the Qur’anic model of self-development, which connects the origin of emotion with the soul, thereby further enriching the literature on the subject. It also highlights the importance of taqwa and syukr to Muslim employees for achieving EI that is useful in creating a harmonious atmosphere in the workplace and prosperous relationships in society. Ahmad Zain SarnotoSri Tuti RahmawatiKecerdasan versi kajian barat tertumpu pada banyaknya penguasaan kosakata, mendengarkan dan memahami orang lain. Sedangkan kecerdasan menurut perspektif al-Qur’an lebih mengedepankan penguasaan terhadap siapa komunikan yang menjadi sasaran nilai-nilai Islam. Sehingga dengan penguasaan terhadap komunikan dapat menyusun strategi-strategi ungkapan kata yang paling tepat yang kiranya mampu menundukkan akal dan perasaannya di bawah tuntunan Islam. Pengetahuan terhadap kecerdasan verbal dapat menambah khazanah Islam dalam upaya untuk menerima Islam secara sukarela tanpa ada unsur paksaan sedikit pun, sebagaimana hal ini diterangkan melalui surat al-Baqarah/2256 Kecerdasan berbicara bukanlah hanya kemampuan berbicara, namun lebih dari itu yakni kecerdasan memilih kata-kata yang tepat, adapun tujuan dari pemilihan kata yang tepat ini adalah pemahaman, kecerdasan tersebut dinamakan dengan kecerdasan verbal. Kecerdasan verbal dalam al-Qur’an dapat dilacak melalui sejarah para Rasul. Kecerdasan verbal yang dimiliki para Rasul memberikan dampak signifikan dalam dunia dakwah Ahmad Zain SarnotoSusilo WibowoThis research is to find out how to build emotional intelligence through dhikr remembrance of Allah from the perspective of the Qur'an. The method used in this research is a qualitative research method with a literature study approach. Emotional intelligence is one of the most important intelligences that every individual has. Because various events experienced by humans cannot be separated from emotional involvement. This paper describes that dhikr is a spiritual behavior that is effective in building emotional intelligence in terms of various interpretations of the verses of the Al-Qur'an, Islamic spiritual studies Sufism, and exploration of the potential for human self and psyche. Indicators of emotional intelligence through dhikr in various verses of the Qur'an 1 the heart becomes calm in Surat ar Ra'du verse 28; 2 the heart is opened by the light of Allah in Surat Al-Zumar verse 22; 3 gratitude for the blessings given by Allah in Surah Al-Maidah verse 11; 4 introsection of one's own potentials and weaknesses in Surah Maryam verse 67; 5 building emotional intelligence in Surat Al-Hijr verses 97-98; and various other verses. Ahmad Zain SarnotoHal yang paling urgent yang harus dibenahi oleh pesantren sebagai langkah antisipatif tersebut adalah pembenahan pola manajemen, sebab pola manajemen pesantren cenderung dilakukan secara insidental dan kurang memperhatikan tujuan-tu juannya yang telah disistematisasikan secara hirarkis. Sistem pendidikan pesantren biasanya dilakukan secara alami dengan pola manajerial yang tetap sama dalam tiap tahunnya. Perubahan-perubahan mendasar dalam pengelo laan pesantren agaknya belum terlihat. Kata Kunci Pengelolam Pondok PesantrenSumber Daya Manusia Perguruan Tinggi Pendekatan budaya kerja dosen ProfesionalManajemen ArwildayantoArwildayanto, Manajemen Sumber Daya Manusia Perguruan Tinggi Pendekatan budaya kerja dosen Profesional, Gorontalo, Ideas Publishing, 2012, hlm 125Muhammad Barnawi DanArifinBarnawi dan Muhammad Arifin, Kinerja Gruru Profesional. Yogyakarta Ar-Ruzz Media, 2012,.Kamus Inggris Indonesia, Cetakan ke 16 Jakarta GramediaJohn M EcholsDan HasanShadilyEchols, John M. dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Cetakan ke 16 Jakarta Gramedia, 2007. Eliyasin, Muhammad & Nurhayati, Nanik. Manajemen Pendidikan Islam, Yogyakarta Aditya Media Publishing, Manajaman MukhtarBaruMukhtar, Merambah Manajaman Baru Pendidikan Tinggi Islam. Jakarta CV Galiza Mulyana Rahasia Menjadi Guru Hebat, Jakarta Grasindo, 2016. Nasution, M..N. Manajemen Mutu Terpadu, Cetakan ke 3, Jakarta Ghalia Indonesia, 2004Syaiful SagalaAdministrasi PendidikanKontemporerSagala, Syaiful. Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung Alfabeta, 2013. Sarnoto, Ahmad Zain dan Hidayatullah, Karakter Kepemimpinan Nabi Musa As Dalam Al-Qur"An, Jurnal Alim Journal of Islamic Educatioan, 2019M ShihabQuraishShihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur"an, Bandung Mizan, 2007. Suharsaputra,, Uhar. Administrasi Pendidikan. Bandung PT. Refika Aditama 2010, hlm 47Cetakan 1 Jakarta PT Raja Grafindo PersadaKineja SupardiGuruSupardi, Kineja Guru. Cetakan 1 Jakarta PT Raja Grafindo Persada, 2013. Tilaar, Manajemen Pendidikan Nasional, Bandung PT. Remaja Rosda Karya, 2008.
Pendidikankecerdasan spiritual Al-Qur'an Surah Al-Muzzammil Ayat 6-10 - Walisongo Repository URGENSI KECERDASAN SPIRITUAL - Pesantren Wirausaha SMPIT-SMAIT NURUL ISLAM SIDOARJO Agar Pikiran Makin Tajam, Ini 5 Amalan dalam Agama Islam yang Bisa Mencerdaskan PERPUS TAKA AN: Cara Menghafal Al Qur'an Menggunakan Otak Kanan
Jakarta Mungkin sebagian kita berpikir bahwa ada banyak orang yang memiliki nama Luqman. Akan tetapi hanya ada satu Luqman yang disebut dalam Alquran. Jadi jika kiat mendapat perintah untuk ceritakan secara singkat tentang Luqman, maka tidak lain yang perlu kita ceritakan adalah kisah tentang sosok yang bernama Luqman Al Hakim. Kisah Ashabul Kahfi, Ini Lokasi Gua dan Pelajaran dari Kisahnya Al Fiil Artinya Gajah, Ketahui Kisah Sejarah Sebelum Kelahiran Nabi Muhammad SAW Cerita Nabi Yusuf AS, Pelajaran Sifat Terpuji yang Harus Diteladani Umat Islam Nama Luqman Al Hakim disebut dalam Alquran, tepatnya dalam surah Luqman ayat 12-19. Bukan tanpa alasan mengapa nama Luqman sampai diabadikan oleh Allah SWT di dalam Alquran. Hal ini tidak lain karena Luqman memiliki keistimewaan berupa ilmu hikmah. Jadi jika kita mendapatkan perintah untuk ceritakan secara singkat tentang Luqman, kita perlu menceritakan tentang ilmu hikmah yang menjadi keistimewaan Luqman. Apalagi, ilmu hikmah merupakan ilmu yang sangat bermanfaat bagi manusia. Allah SWT berfirman “Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman.” QS. Luqman; 12 Kata al-hikmah dalam ayat di atas memiliki beragam makna yang di antaranya; meletakkan segala sesuatu pada tempatnya, selalu benar dalam ucapan dan perbuatan, mengukuhkan sesuatu dengan ilmu dan amal, kepahaman dan kecerdasan, atau mengetahui apa yang terjadi dan melakukan kebaikan. Terlepas dari apa pengertian dari hikmah, yang jelas ada banyak kisah yang bisa kita ceritakan secara singkat tentang Luqman, yang penuh dengan hikmah. Berikut kisah-kisahnya seperti yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Selasa 6/6/2023.Berita video cerita singkat soal kecintaan bintang Chelsea, Kai Havertz, kepada keledai. Apa keledai?Siapakah Luqman Al Hakim?Sebelum kita ceritakan secara singkat tentang Luqman, penting bagi kita untuk mengenal lebih dalam terlebih dahulu tentang siapa sebenarnya Luqman Al Hakim. Luqman Al Hakim merupakan salah satu nama orang yang disebut dalam al-Qur`an, tepatnya surah Luqman 31 ayat 12-19. Menurut Ibnu Katsir, nama Luqman Al Hakim adalah Luqman bin Unaqa’ bin Sadun. Sedangkan mengenai asal usul Luqman, para ulama berbeda pendapat. Ibnu Abbas menyatakan, bahwa Luqman adalah seorang tukang kayu yang berasal dari Habsyi. Riwayat lain menyebutkan ia adalah orang dengan ciri fisik bertubuh pendek dan berhidung mancung dari daerah Nubah. Sebagian lain mengatakan, bahwa ia berasal dari Sudan. Luqman Hakim memiliki keistimewaan yang mendapat anugerah dari Allah Swt, yakni berupa ilmu hikmah. Ilmu sangat berguna bagi kepribadian manusia yang pada gilirannya akan bermanfaat bagi orang di sekitarnya, juga bagi alam semesta. Allah Swt berfirman “Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman.” QS. Luqman; 12 Kata al-hikmah dalam ayat di atas memiliki beragam makna yang di antaranya; meletakkan segala sesuatu pada tempatnya, selalu benar dalam ucapan dan perbuatan, mengukuhkan sesuatu dengan ilmu dan amal, kepahaman dan kecerdasan, atau mengetahui apa yang terjadi dan melakukan kebaikan. Kata al-hikmah juga bisa diartikan rangkaian kata-kata yang menjadi bahan renungan dan telah mengalir dari satu generasi ke generasi yang lain. Untaian kata yang bisa membuat seseorang tidak lagi melulu cinta harta duniawi juga bisa disebut al-hikmah. Atau kemampuan memahami hakikat sesuatu sesuai kemampuan yang optimal, atau untaian kata yang indah nan sempurna yang memuat dorongan melakukan sifat terpuji, ilmu, dan perilaku yang mulia, atau segala sesuatu yang meningkatkan kualitas diri seseorang, semuanya merupakan arti-arti dari kata al-hikmah. Ada pendapat lain menyatakan, bahwa al-hikmah berarti ilmu dan amal. Oleh karenanya, seseorang tidak akan dapat menyandang gelar “Hakim” kecuali jika ia telah mengantongi keduanya, yakni ilmu dan amal. Secara sederhana, al-hikmah adalah petunjuk jalan lurus menuju keselamatan dan kebenaran dalam berkeyakinan, bertingkah laku, berucap, dan melangkah, menurut sisi pandang Yang Maha Pencipta, maupun cara pandang manusia. Itulah arti kata al-hikmah secara umum. Al-hikmah merupakan buah dari pengetahuan yang luas dan keilmuan yang dalam, kecerdasan serta kesadaran diri yang penuh, penelitian yang menyeluruh dan percobaan yang teruji, pengamatan terhadap keterkaitan antara satu perkara dengan yang lain, dan analogi qiyas yang dominan antara suatu hal dengan yang pria berbagi wortel dengan keledainya dalam kompetisi balap keledai tradisional ke-53 di Tribunj, Kroasia 29/8/2020. Xinhua/Pixsell/Hrvoje JelavicKeledai dan cacian merupakan kisah yang bisa kita ceritakan secara singkat tentang Luqman. Cerita ini memiliki pesan bahwa, sebaik apa kita berusaha melakukan sesuatu, akan ada saja reaksi negatif dari orang lain, baik itu cacian, komentar negatif ujaran kebencian dan sebagainya. Berikut adalah kisah selengkapnya dari Luqman, Keledai, dan Cacian Orang lain Dalam sebuah kesempatan, saat Luqman mengajari putranya tentang kehidupan nyata di tengah-tengah masyarakat, Luqman berkata, ”Wahai putraku! Lakukanlah hal-hal yang mendatangkan kebaikan bagi agama dan duniamu. Terus lakukan hingga kau mencapai puncak kebaikan. Jangan pedulikan omongan dan cacian orang, sebab tak akan pernah ada jalan untuk membuat mereka semua lega dan terima. Tak akan pula ada cara untuk menyatukan hati mereka.” ”Wahai puteraku," kata Luqman melanjutkan, "Datangkan seekor keledai kepadaku, dan mari kita buktikan.” Luqman bermaksud mengajak putranya jalan-jalan di tengah masyarakat untuk membuktikan bahwa membuat semua orang “legawa” itu sangatlah sulit. Bahkan bisa dibilang sama sekali tidak mungkin terjadi. Apapun yang diperbuat oleh seseorang akan selalu ada yang mempersalahkan. Selalu saja ada yang tidak setuju. Kemudian perjalanan mereka segera Dicemooh karena Membiarkan Putranya Jalan KakiBuruh naik gerobak keledai saat berjalan di tengah cuaca berkabut di Lahore 21/12/2022. Kabut tebal kembali menyelimuti berbagai kota di Punjab, termasuk Lahore pada malam hari antara Selasa dan Rabu, melumpuhkan kehidupan sehari-hari dan mengganggu lalu lintas jalan raya dan udara.AFP/Arif AliPada kesempatan pertama Luqman menaiki keledai dan menyuruh putranya berjalan kaki sambil menuntun keledai. Hal itu kemudian dilihat oleh sekelompok orang yang menganggap bahwa hal itu aneh. Orang-orang yang menganggap itu aneh pun kemudian segera mencaci Luqman. Mereka berkata, ”Anak kecil itu menuntun keledai, sedang orang tuanya duduk nyaman di atas keledai. Alangkah congkak dan sombongnya orang tua itu.” Mendengar cacian tersebut, Luqman pun berkata, ”Putraku, coba dengar, apa yang mereka katakan.” Luqman lalu bergantian dengan membiarkan puteranya yang menaiki keledai. Sedangkan Luqman giliran berjalan kaki sambil menuntun keledainya. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan hingga bertemu sekelompok orang yang berbeda. Meski kini Luqman dan putranya telah berganti posisi, tetap saja reaksi serupa yang mereka dapatkan. Orang-orang yang merasa aneh dengan apa yang mereka lihat pun berkomentar dengan mengatakan, ”Lihatlah, anak kecil itu menaiki keledai, sementara orang tua itu malah berjalan kaki menuntunnya. Sungguh, alangkah buruknya akhlak anak itu.” Mendengar komentar orang-orang pun, Luqman kemudian berkata kepada putranya, ”Anakku, dengarlah apa yang mereka katakan.”Luqman dan Putranya Menaiki Keledai BersamaanIlustrasi Foto Persekusi iStockphotoMereka berdua melanjutkan perjalanan. Kali ini, keduanya menaiki keledai mungil itu. Mereka berdua terus berjalan hingga melewati sekelompok orang yang duduk-duduk di pinggir jalan. Lagi-lagi, orang-orang tersebut bereaksi dengan melontarkan komentar negatif. ”Dua orang itu naik keledai berboncengan, padahal mereka tidak sedang sakit. Mereka mampu berjalan kaki. Ahh, betapa mereka tak tahu kasihan pada hewan,” sindir seseorang yang melihat luqman. ”Lihatlah apa yang mereka katakan, wahai puteraku,” Luqman kembali menasihati puteranya. Tanpa menghiraukan caci maki orang-orang itu, Luqman dan putranya kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini, Luqman dan Putranya semuanya berjalan kaki, sambil menuntun keledai. Komentar negatif kembali mereka dapat ketika melewati sekelompok orang. ”Subhanallah! Lihat, dua orang itu menuntun keledai bersama, padahal keledai itu sehat dan kuat. Kenapa mereka tidak menaikinya saja? Ahh, betapa bodohnya mereka,” kata seseorang dalam kerumunan. Mendengar komentar tersebut, kepada puteranya Luqman berkata, ”Dengarlah apa yang mereka katakan! Bukankah telah aku katakan padamu? Lakukan apa yang bermanfaat bagimu dan jangan kau hiraukan orang lain. Aku harap kau bisa mengambil pelajaran dari perjalanan ini.” Cerita kebijaksanaan Luqman di atas dapat dipetik hikmahnya, bahwa manusia haruslah menjadi orang yang kuat, sehingga memiliki pendirian yang teguh dan kokoh. Tidak goyah dengan terpaan angin. Tak lapuk oleh hujan dan tak lekang oleh panas. Nasihat-nasihat Luqman sangat banyak sekali, baik yang didokumentasikan di dalam al-Qur`an ataupun di kitab-kitab para ulama.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
websshow_file (\\resources\\views\\webs\\show_file.blade.php) 1 blade
Manusia merupakan makhluk yang paling cerdas dari makhluk yang lain di bumi ini. Tak satu pun dari spesies dan genus yang ada di bumi menyamai kecerdasan yang dimiliki oleh manusia. Kecerdasan sendiri merupakan sesuatu yang harus disyukuri oleh manusia dan dimanfaatkan dengan baik serta benar. Karena kecerdasan adalah salah satu wujud dari anugerah Allah yang sangat berharga, yang diberikan kepada hambanya. Dan kecerdasan tertinggi adalah kecerdasan spiritual, karena kecerdasan spiritual mampu menjembatani antara kecerdasan intelektual dan juga kecerdasan emosional. Sehingga dalam tulisan ini akan dibahas lebih mendalam mengenai kecerdasan spiritual. Potensi Kecerdasan Manusia Ketika manusia lahir ia telah dianugerahi oleh Allah SAW berbagai instrumen untuk menjalani dan mengembangkan kehidupannya di bumi ini. Seperti instink gharizah, indra, akal kecerdasan dan nurani kalbu. Tetapi ia belum memiliki pengetahuan apa-apa dalam arti kognitif, kecuali potensi-potensi yang siap diaktualisasikan dengan instrumen tersebut. Dan dengan potensi-potensi itu manusia mampu berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan personal, sosial maupun lingkungan alam. Pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia di awal kehidupannya adalah sama, semua bermula dari nol. Dan dengan alat indra yang diberikan oleh Allah sebagai wujud dari salah satu anugerahnya manusia dapat menyerap serta menerima informasi yang didapatkan dari alat indra tersebut. Yang kemudian informasi itu diaktualisasikan ke dalam memorinya sehingga menjadi sebuah pengetahuan yang digunakan oleh manusia dalam kehidupannya. Sebagaimana firman Allah dalam surah an-Nahl ayat 78, dengan beberapa penafsiran para mufasir. وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْــئًا ۙ وَّجَعَلَ لَـكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصٰرَ وَالْاَ فْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ 78 Artinya “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun. Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.” QS. An-Nahl 16 Ayat 78 Penafsiran Ayat Pada Tafsir Adwa’ al-Bayan fi Idah Al-Qur’an bil-Qur’an dijelaskan bahwa Allah mengeluarkan anak-anak Adam dari perut ibu mereka yang tidak tahu apa-apa. Dan Allah menjadikan bagi mereka telinga, mata, dan hati. Supaya mereka bersyukur atas berkahnya. Tetapi kebanyakan dari mereka tidak bersyukur. Sedangkan dalam Tafsir al-Kabir juga dijelaskan bahwa jiwa manusia ada dalam prinsip penciptaan tanpa semua ilmu atau tanpa mengetaui pengetahuan apapun, kecuali Allah menciptakan pendengaran dan penglihatan. Dan kemunculan indra ini menjadi alasan bagi jiwa manusia, untuk berpindah dari ketidaktahuan ke pengetahuan. Allah menciptakan pendengaran untuk manusia supaya manusia dapat mendengarkan nasihat Allah, penglihatan untuk melihat tanda-tanda Allah, dan hati sebagai pengetahuan yang sejati. Pada ayat tersebut Sya’rawi juga menafsirkan bahwa pendengaran disebutkan terlebih dahulu setelah itu baru penglihatan dan pemahaman. Karena diawal kehidupan manusia pada saat persalinan, indra pendengaranlah yang paling pertama berfungsi. Kemudian setelah sekitar sepuluh hari barulah menyusul penglihatan. Dan dari penginderaan diperoleh sebuah informasi pengetahuan yang tersusun dalam memori yang dikenal dengan pemahaman Transformasi Ilmu Pengetahuan Indra-indra tersebutlah yang menjadi penyumbang terbesar dalam transformasi ilmu pengetahuan. Mata dan telinga mempunyai peran paling besar dalam mengantarkan informasi ke dalam memori manusia, sehingga dapat menjadi serangkaian pengetahuan. Melalui sensasi penginderaan, persepsi, dan berpikir manusia memiliki pengalaman dan pengetahuan yang digunakan untuk mengambil keputusan dan mengatasi persoalan yang dihadapi dalam kehidupannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa potensi itu sudah dibawa sejak lahir. Adanya jaringan otak di dalam kepala, berbagai instrumen Indra, dan seluruh perangkatnya telah diciptakan Allah sejak di dalam rahim ibu. Meskipun pada saat itu belum fungsional, dan jaringan otak merupakan instrumen yang paling dominan dalam pembentukan kecerdasan. Maka fungsionalisasi dari instrumen itu disebut sebagi akal. Kecerdasan intelektual memang menentukan keberhasilan seseorang. Akan tetapi, sebenarnya ada kecerdasan lain yang lebih penting yaitu kecerdasan spiritual. Kecerdasan ini merupakan kecerdasan tertinggi yang dimiliki oleh manusia. Kecerdasan spiritual pertama kali digagas oleh Zohar dan Marshal. Mereka mengemukakan hasil riset dari para ahli psikologi maupun saraf mengenai eksistensi titik Tuhan’ yang dikenal dengan istilah God Spot. God Spot merupakan pusat spiritual yang terletak di bagian depan otak manusia, sehingga setiap manusia sudah pasti memilikinya. Kecerdasan spiritual merupakan kemampuan manusia dalam melakukan sesuatu dengan penuh kesadaran sesuai dengan nilai-nilai arif yang telah dituntunkan oleh Allah. Sehingga manusia dapat memaknai hidupnya serta mencapai kebahagiaan yang sesungguhnya. Kecerdasan spiritual berkaitan erat dengan kejiwaan manusia dan agama juga sangat erat hubungannya dengan kejiwaan manusia. Sehingga jika pemeluk agama yang taat mampu dalam memaknai kehidupannya, dengan itu jiwanya akan merasakan sebuah kebahagiaan. Dan orang yang jiwanya merasakan sebuah kebahagiaan maka ia dikatakan sebagai orang yang memiliki kecerdasan spiritual. Dalam sebuah penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli di bidang Neurologi ilmu tentang saraf bahwa kecerdasan spiritual mempunyai tempat di dalam otak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa di dalam otak manusia terdapat bagian yang mampu mengalami pengalaman-pengalaman spiritual, dalam mengenal serta berhubungan dengan Allah. Nabi Muhammad mengatakan bahwa setiap bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Dan sebagian ulama memaknai fitrah sebagai kecenderungan untuk bertauhid. Maka dapat dipahami bahwa memang sudah dari sananya dalam diri manusia di desain oleh Allah untuk mengenalnya, fitrah untuk mengenal Allah tidak dapat diingkari. Kecerdasan Spiritual Kecerdasan spiritual mempunyai peran yang sangat penting karena kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yang tertinggi dari kecerdasan-kecerdasan yang lain. Sehingga dikatakan sebagai kecerdasan yang tertinggi. Karena kecerdasan ini dapat mewujudkan kedamaian hakiki, mengajak manusia memaknai hidup. Kemudian meraih kebahagiaan sejati yang membuat jiwa dan hati manusia menjadi bahagia, tenteram dan penuh dengan kedamaian. Peran penting dari kecerdasan spiritual yaitu mampu mengungkap segi parenial yang abadi, spiritual, dan yang fitrah dalam struktur kecerdasan manusia. Juga dapat membimbing manusia dalam memperoleh kedamaian dan juga kebahagiaan spiritual yang hakiki dalam kehidupan ini, dan kecerdasan spiritual juga dapat menyentuh segi spiritual karena menyajikan beragam pengalaman spiritual. Penyunting Ahmed Zaranggi
Tahfidhsihah al-aqli F. Kecerdasan kembali pada semula KECERDASAN DALAM PANDANGAN AL-QU'RAN Dedeng Rosidin . A.Al-Qur'an menyuruh berfikir agar menjadi cerdas 1.Arti al-Nadhru Memikirkan dan menyelidiki - Atau dengan pengertian lain yaitu pengetahuan yang diperoleh setelah menyelidiki.
Oleh Imam Namawi JAKARTA - Umumnya manusia beranggapan bahwa kecerdasan itu berkorelasi kuat dengan kemampuan daya cipta dalam hal sains dan teknologi. Tetapi, lupa mengaitkan secara erat dengan pengamalan agama sehingga kehidupan dunia yang sejatinya sarana malah berubah menjadi tujuan. Rasulullah bersabda, "Orang cerdas adalah yang mau mengoreksi dirinya dan berbuat untuk kehidupan setelah kematian." HR Tirmidzi. Memaknai hadis ini, Ibn Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa yang dimaksud orang cerdas adalah orang yang senantiasa menghitung-hitung amal perbuatannya, sebagaimana yang dikatakan oleh Umar bin Khattab. "Hisablah buatlah perhitungan untuk diri kalian sendiri sebelum kalian dihisab dan timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang. Dan, bersiaplah untuk menghadapi hari yang besar, yakni hari diperlihatkannya amal seseorang sementara semua amal kalian tidak tersembunyi dari-Nya." Dengan demikian, kecerdasan bukan sebatas akumulasi ilmu, kemampuan berkarya cipta, dan mengembangkan usaha semata. Tetapi, lebih pada apakah diri ini telah benar-benar meyakini hari pembalasan atau tidak sehingga segenap effort yang dilakukan tidak lain adalah demi tegaknya agama. Salah satu sebab mengapa kebanyakan manusia ingkar kepada Allah Ta'ala adalah karena lemahnya iman terhadap hari pembalasan. Dalam konteks ini, mereka benar-benar tidak cerdas, seperti yang Allah jelaskan di dalam Alquran. "Mereka bertanya, 'Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?' Katakanlah, 'Yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh itu adalah Dzat yang telah menciptakannya pada awal kejadian." QS Yasin [36] 78-79. Ayat tersebut memberikan penegasan bahwa dengan segenap kemampuan akal dan indranya, manusia tidak akan pernah bisa menjangkau bagaimana Allah "bekerja." Tetapi, sebagai makhluk yang dipilih untuk mendapatkan hidayah-Nya dan diberikan kemampuan berpikir, maka sangat jelas bahwa Allah mampu melakukan apa pun yang dikehendaki-Nya, sekalipun di luar nalar manusia. Namun, dengan ilmu semua bisa diyakini. Oleh karena itu, ilmu yang merupakan bukti kecerdasan seseorang dalam Islam berkaitan sangat kuat dengan keimanan QS 318 dan tidak akan hadir rasa khasyah takut kepada Allah melainkan orang-orang yang berilmu QS 39 9. Dengan kata lain, kecerdasan dalam Islam adalah keimanan dan amal saleh. Rasulullah bersabda, "Allah tidak memberi seseorang anugerah yang lebih utama selain pemahaman ilmu tentang agama Islam. Dan, seseorang yang berilmu lebih sulit diperdaya oleh setan daripada seribu ahli ibadah yang tidak memiliki ilmu. Setiap sesuatu memiliki tiang dan tiang agama itu adalah ilmu agama." HR Thabrani. Ikrimah berkata, "Ilmu agama sungguh sangat berharga bagi manusia. Jika engkau sematkan ilmu agama itu kepada diri seseorang, niscaya ia akan membawanya kepada kebaikan; dengan tidak menyia-nyiakan fungsi hidup di alam dunia ini." Jadi, orang yang cerdas adalah yang menegakkan agama demi maslahat dunia-akhirat. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini
. 43x50t3k0z.pages.dev/30743x50t3k0z.pages.dev/24543x50t3k0z.pages.dev/41743x50t3k0z.pages.dev/36443x50t3k0z.pages.dev/45843x50t3k0z.pages.dev/36843x50t3k0z.pages.dev/4443x50t3k0z.pages.dev/34
ayat alquran tentang kecerdasan